Jakarta, CNN Indonesia -- Produk obat dan makanan ilegal banyak masuk ke Indonesia diduga melalui pelabuhan-pelabuhan kecil yang tidak resmi atau biasa disebut 'pelabuhan tikus'. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memang sangat rentan terhadap lalu lintas barang ilegal dari berbagai daerah maupun negara.
"Indonesia banyak pintunya. Umumnya masuk melalui pelabuhan tikus," kata Ketua Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) DKI Jakarta Dewi Prawitasari saat ditemui wartawan usai acara pemusnahan obat dan makanan ilegal di Balai Besar POM, Cilangkap, Rabu (10/12).
Menurut Dewi, obat dan makanan ilegal banyak masuk melalui Selat Malaka dan pantai timur Sumatera, Malaysia, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur. "Paling banyak dari Pekanbaru lalu masuk ke Batam," ujar Dewi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Obat dan makanan ilegal itu, lanjut Dewi, datang melalui kapal besar yang selanjutnya didistribusikan ke kapal kecil. Jumlah yang didistribusikan sebenarnya tidak banyak, namun praktik tersebut berlangsung terus menerus. "Mungkin hanya dua dus. Tapi proses itu terus berkesinambungan," kata Dewi.
Dewi menjelaskan, petugas yang ada tidak cukup untuk mengawasi aktivitas di pelabuhan tikus tersebut. Apalagi, wilayah laut Indonesia begitu luas sementara tidak pernah ada perubahan yang cukup berarti oleh pemerintah dari waktu ke waktu.
Hal itu membuat lalu lintas peredaran barang, obat, serta makanan ilegal yang masuk ke Indonesia cukup besar. "Di situ Bea Cukai tidak ada. Pemerintah daerah setempat harus aktif mengawasi," kata Dewi.
Untuk mengurangi peredaran obat dan makanan ilegal ini, Dewi juga mengimbau masyarakat berperan aktif melakukan pengaduan jika ditemukan pelanggaran.
Menurut catatan kepolisian, di wilayah Sumatera saja setidaknya terdapat 130 pelabuhan tikus yang tersebar di Kabupaten Kepulauan Meranti, Bengkalis, Indragiri Hilir, dan Kota Dumai. Khusus di Batam, Kepulauan Riau, terdapat 30 pintu masuk pelabuhan ilegal.