PENANGGULANGAN RADIKALISME

Kalla Nilai Pembangunan Bisa Tekan Terorisme

CNN Indonesia
Kamis, 11 Des 2014 13:28 WIB
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan radikalisme dan terorisme rentan muncul di daerah yang menjadi kantong kemiskinan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan sambutan saat membuka Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (1/11). JK mengatakan pada Kamis (11/12) pembangunan menjadi modal untuk menekan radikalisme di Indonesia (AntaraFoto/Junaedi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan radikalisme dan terorisme rentan muncul di daerah yang menjadi kantong kemiskinan. Oleh karena itu, pembangunan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kedua permasalahan tersebut. 

"Penyebabnya adalah ketidakadilan ekonomi dan sosial-politik," ujarnya pada acara penandatangan nota kesepahaman antara Tentara NasionaI Indonesia (TNI) dan Palang Merah Indonesia (PMI), di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Kamis (11/12). Nota kesepahaman itu dilakukan untuk meningkatkan kerjasama TNI dengan PMI dalam penanggulangan bencana, pelayanan donor darah, kesehatan dan tugas kemanusiaan lainnya.

Kalla kemudian mencontohkan daerah Timur Tengah. Masyarakat di kawasan itu, katanya, mudah diprovokasi untuk melakukan tindakan pemberontakan ekstrim. "Ideologi seperti ini masuk karena kemiskinan tumbuh subur di sana," kata dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalla juga menyampaikan pemberontakan besar yang pernah muncul di Indonesia tersulut akibat alasan serupa. Ia tidak sependapat dengan anggapan konflik yang melanda Ambon dan Aceh didasari persoalan agama.

"Hal utama penyebabnya adalah ketidakadilan ekonomi, " kata lelaki yang pernah mendapatkan penghargaan Tokoh Perdamaian Dunia dari World Youth Forum on Peace And Harmony ini.

Sementara itu, terkait kemiskinan yang melanda masyarakat Indonesia, Kalla mengatakan umumnya petani menggarap lahan pertanian seluas 1/3 hektar. Dalam satu kali panen, satu keluarga petani hanya menghasilkan 1,7 ton padi atau setara dengan Rp 20 juta.

Namun, setelah dikurangi biaya modal, pendapatan yang diterima petani tidak banyak hanya sekitar Rp 800 ribu per bulan. "Mereka pasti miskin," katanya menjelaskan.

Untuk menanggulangi persoalan ini, Kalla mengatakan satu-satunya jalan keluar hanyalah dengan meningkatkan produktivitas petani. "Hanya itu cara kemajuan desa. Tapi dengan catatan, infrastrukur juga harus dibangun," ujarnya.

Lebih jauh lagi, Kalla menggarisbawahi peran serta TNI dalam mencegah munculnya radikalisme. Ia mengatakan tugas TNI tidak melulu berperang melainkan turut serta menjadi aktor pembangunan. "Cara bertahan yang terbaik adalah dengan membangun," ucap Kalla.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER