Jakarta, CNN Indonesia -- Elektabilitas Partai Golkar terus memburuk. Konflik telah membelah partai beringin itu menjadi dua kubu yang sama ngotot. Satu kubu berada di sisi Aburizal Bakrie yang diputuskan lewat Musyawarah Nasional Nusa Dua Bali akhir November lalu, sedangkan kubu lainnya bersama Agung Laksono yang daulat menjadi bos Golkar pada munas Ancol.
Berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia, kini Golkar hanya akan mampu meraup kurang dari 10 persen suara dukungan publik. Jika dualisme kepemimpinan berlanjut, kata peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia Ardian Sopa, “Hanya 8,4 persen publik yang memilih Golkar bila pemilu legislatif dilaksanakan saat ini.”
Berdasarkan catatan CNN Indonesia, Pamor Golkar saat ini merupakan capaian terendah sepanjang perjalanan politik Partai itu selama setengah abad. Golkar memperoleh suara 14,75 persen pada Pemilu 2014, lalu 14,45 persen pada Pemilu 2009, dan 22,44 persen pada Pemilu 2004.
Hasil Lingkaran Survei Indonesia melakukan polling terhadap 1.200 responden pada 16-17 Desember lalu. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan margin kesalahan 2,9 persen. Survei LSI kali ini, dilengkapi penelitian kualitatif dan in depth interview ini. Survei dilakukan setelah Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly memutuskan tak mengesahkan satu pun kepengurusan dari kubu Aburizal Bakrie ataupun Agung Laksono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam wawancara khusus dengan CNN Indonesia, jauh sebelum Golkar terbelah pada September lalu, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung memang mengakui kalau performa partai warisan orde baru itu menurun. Terlbih, kata Akbar, “apabila dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada masa orde baru.”
Konflik memang selalu membayangi partai Golkar. Terlebih usai gelombang reformasi yang menggulingkan kepemimpinan Presiden Soeharto melanda. Diakui Akbar, beberapa partai yang masih eksis kini baru muncul dari rahim beringin. Ada Gerindra yang dipimpin parbowo Subianto, lalu ada Partai Hanura yang dipimpin Wiranto dan juga Partai NasDem besutan Surya Paloh.
Rupanya survei LSI perlu menjadi pecutan bagi para kader beringin. Sebab kian hari Golkar bakal terus terpuruk. Kepada CNN Indonesia pendiri partai Golkar, Suhardiman mengingatkan jika tak bisa mengelola konflik dengan baik, maka 2019 Golkar tak ayal hanya tinggal nama. “Saat ini, adalah masa Golkar di titik nadirnya, “kata Suhardiman.