Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo menggelontorkan Rp 10 miliar untuk Pemerintah Kota Bandung dalam rangka Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang digelar tanggal 24 April di kota itu.
“Bandung membutuhkan kira-kira Rp 10 miliar untuk acara-acara KAA yang berlangsung di Bandung. Kan sepertiga acara KAA di Jakarta. Ada yang di Bali juga. Bandung hanya beberapa persen saja,” kata Wali Kota Bandung Ridwan Kamil usai rapat persiapan Peringatan 60 Tahun KAA di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (9/1).
Peringatan 60 KAA terdiri dari dua segmen besar. Segmen pertama ialah Konferensi Tingkat Tinggi Negara Asia-Arika yang digelar di Jakarta pada 19-23 April. Sementara segmen kedua ialah acara peringatan yang diselenggarakan di Bandung pada 24 April.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selaku tuan rumah peringatan KAA, Bandung akan mempersiapkan infrastrukturnya semaksimal mungkin. "Ini kan luar biasa. Program sepuluh tahun sekali di mana para kepala negara hadir, pusatnya di Bandung. Kami sedang
all out mempersiapkan. Ada 15 acara dari level nasional sampai puncaknya di Bandung," kata Ridwan antusias.
Meski demikian, Bandung tidak akan mengebut pembangunan infrastruktur apapun. “Kami apa adanya saja,” ujar Ridwan.
Peringatan 60 Tahun KAA selain mengundang 109 kepala negara dan 25 organisasi internasional, juga para CEO bisnis di dunia. "Jadi kayak Jack Ma yang punya Alibaba itu kami undang sehingga Konferensi Asia-Afrika punya makna. Sekarang relevansinya itu teknologi. Temanya
smart city," kata Ridwan.
Selain teknologi, isu yang akan diangkat dalam KAA ialah hak asasi manusia (HAM).
Sementara Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Peringatan 60 tahun KAA juga akan diramaikan dengan Asia-Africa Carnival. Menurut Ridwan, acara karnaval tersebut akan dikemas sangat apik.
“Karnavalnya keren. Kami akan undang lebih dari 100 negara untuk datang. Bentuknya parade kostum dan parade bunyi-bunyian. Kan tiap budaya punya bebunyian. Jadi ramai dan berisik nanti. Asia-Afrika yang berisik tapi keren,” ujar Ridwan bersemangat.
Ihwal transportasi yang digunakan para peserta konferensi, Ridwan mengatakan masih harus merapatkannya lagi dengan panitia dan menteri terkait. “Ada pilihan kepala negaranya naik pesawat, menterinya naik kendaraan (mobil). Atau sekalian saja semuanya naik kendaraan karena tak sederhana mengangkut belasan kali di rute Bandung-Jakarta-Bandung," kata dia.
Ridwan sendiri mengusulkan untuk menggunakan jalan darat karena menurutnya fasilitas sudah bagus.
Presiden Joko Widodo menyatakan KAA merupakan momentum amat baik bagi Indonesia untuk kembali mengingatkan dunia bahwa negeri ini memiliki peran besar. "Kami ingin memori itu diangkat kembali," kata dia.
KAA merupakan konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika yang berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, pada 18 April-24 April 1955. Peserta KAA ketika itu mayoritas merupakan negara yang baru merdeka.
Negara-negara penyelenggara KAA antara lain Indonesia, Myanmar, Sri Langka, India, dan Pakistan. Tujuan penyelenggaraan KAA adalah untuk mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika, serta melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
KAA ketika itu menghasilkan Gerakan Non-Blok, yakni kekuatan baru yang tidak memihak Blok Barat (AS dan sekutunya) serta Blok Timur (Uni Soviet dan sekutunya) yang terlibat Perang Dingin.
Peringataan KAA yang ke-50 sebelumnya digelar pada tahun 2004.
(agk)