POLEMIK KAPOLRI

Kompolnas Sindir Jokowi Sebagai Figur 'Cerdas'

Donatus Fernanda Putra | CNN Indonesia
Senin, 26 Jan 2015 11:44 WIB
Jokowi menujuk Budi Gunawan sebagai calon kepala kepolisian meski susunan nama di Komisi Kepolisian Nasional belum final.
Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Reformasi Polri mengenakan topeng Presiden RI Joko Widodo, Ketua Umum Partai PDIP Megawati dan Calon Kapolri Budi Gunawan berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 21 Januari 2015. Mereka meminta Joko Widodo mencabut pencalonan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri dan memilih calon Kapolri yang tidak memiliki catatan buruk serta memiliki integritas. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Adrianus Meliala menilai sosok Presiden Jokowi sebagai figur yang cerdas. Namun cerdas yang dimaksud ternyata adalah sentilan bagi sang presiden.

Ia mencontohkan saat pengajuan nama calon Kapolri pengganti Jenderal Sutarman, 'kecerdasan' Jokowi ditunjukkan dengan begitu cepatnya proses pengajuan nama Komisaris Jenderal Budi Gunawan ke DPR. Padahal, jelas Adrianus, saat itu Kompolnas baru mengajukan draft beberapa nama calon kapolri yang hendak diperdalam lagi.

"Jokowi itu cerdas, dia take position. Siapa menyangka saat itu hari Kamis (8/1) kami paparan, kami katakan pada Menkopolhukam kalau itu baru draft, selanjutnya kami akan melakukan wawancara pada semua kandidat dan mengirim surat ke KPK, tiba-tiba besoknya Jokowi sudah kirim surat ke DPR," kata Adrianus di Jakarta, kemarin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak berhenti disitu, 'kecerdasan' Jokowi berlanjut saat Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus kepemilikan rekening gendut. Ia menyindir Jokowi yang dalam pernyataan resminya selalu membawa-bawa data dari Kompolnas.

"Saat BG (Budi Gunawan) tersangka, kami dipakai namanya seakan-akan clearance datang dari kami," ucapnya.

Padahal seperti dijelaskan sebelumnya saat itu Kompolnas memberikan masukan yang masih berupa draft dan harus dipertimbangkan kembali. Adrianus juga mengatakan dalam rekomendasi tersebut pihaknya telah mencantumkan pandangan masyarakat terhadap calon-calon kapolri.

"Apa yang kami dengar dari masyarakat kami sebutkan dengan harapan dipertimbangkan, bukan berarti clearance kalau dia bersih," tutur Adrianus.

Selain itu, Pakar kriminologi Universitas Indonesia ini juga menyentil sikap Jokowi dalam menghadapi kasus perseteruan antara KPK versus Polri. Ia melihat ada perbedaan yang kontras antara Jokowi dengan mantan presiden SBY dalam menyikapi kasus ini.

"SBY lebih condong ke KPK, sementara Jokowi memilih posisi di tengah," kata Adrianus. (sur/sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER