Jakarta, CNN Indonesia -- Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Adrianus Meliala menilai sosok Presiden Jokowi sebagai figur yang cerdas. Namun cerdas yang dimaksud ternyata adalah sentilan bagi sang presiden.
Ia mencontohkan saat pengajuan nama calon Kapolri pengganti Jenderal Sutarman, 'kecerdasan' Jokowi ditunjukkan dengan begitu cepatnya proses pengajuan nama Komisaris Jenderal Budi Gunawan ke DPR. Padahal, jelas Adrianus, saat itu Kompolnas baru mengajukan draft beberapa nama calon kapolri yang hendak diperdalam lagi.
"Jokowi itu cerdas, dia
take position. Siapa menyangka saat itu hari Kamis (8/1) kami paparan, kami katakan pada Menkopolhukam kalau itu baru
draft, selanjutnya kami akan melakukan wawancara pada semua kandidat dan mengirim surat ke KPK, tiba-tiba besoknya Jokowi sudah kirim surat ke DPR," kata Adrianus di Jakarta, kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak berhenti disitu, 'kecerdasan' Jokowi berlanjut saat Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus kepemilikan rekening gendut. Ia menyindir Jokowi yang dalam pernyataan resminya selalu membawa-bawa data dari Kompolnas.
"Saat BG (Budi Gunawan) tersangka, kami dipakai namanya seakan-akan
clearance datang dari kami," ucapnya.
Padahal seperti dijelaskan sebelumnya saat itu Kompolnas memberikan masukan yang masih berupa
draft dan harus dipertimbangkan kembali. Adrianus juga mengatakan dalam rekomendasi tersebut pihaknya telah mencantumkan pandangan masyarakat terhadap calon-calon kapolri.
"Apa yang kami dengar dari masyarakat kami sebutkan dengan harapan dipertimbangkan, bukan berarti
clearance kalau dia bersih," tutur Adrianus.
Selain itu, Pakar kriminologi Universitas Indonesia ini juga menyentil sikap Jokowi dalam menghadapi kasus perseteruan antara KPK versus Polri. Ia melihat ada perbedaan yang kontras antara Jokowi dengan mantan presiden SBY dalam menyikapi kasus ini.
"SBY lebih condong ke KPK, sementara Jokowi memilih posisi di tengah," kata Adrianus.
(sur/sip)