Faktor Lokasi dan Cuaca Hambat Penangkapan Teroris Poso

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Minggu, 08 Feb 2015 09:54 WIB
BNPT dengan dukungan penuh TNI dan Polri terus melakukan pengejaran atas gembong terorisme Poso, dengan target Daeng Koro, Santoso dan para pengikutnya.
Anggota Densus 88 melakukan penyisiran rumah keluarga Teroris Poso, Rony alias Joko yang ditembak mati oleh Tim Densus 88 di Dusun Larangan, Desa Krenceng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jumat (16/2). Rony alias Joko merupakan anggota teroris jaringan Poso yang terlibat dalam penembakan anggota Polres Poso, Brigadir Andi Sapa dan Aiptu Sudirman di Tamanjeka serta sebagai eksekutor penembakan Brigadir M Yamin, anggota Polsek Ambalawi di Bima. (Antara Foto/Rudi Mulya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia Saud Usman Nasution mengungkapkan beberapa hal yang menjadi kendala dalam menangani terorisme di Poso, Sulawesi Tengah. Salah satunya adalah kondisi tempat para target yang berada di hutan. Adapun yang menjadi target dari operasi ini adalah Santoso, Daeng Koro dan para pengikutnya.

"Jadi medannya sangat sulit dan mereka (para target) menguasai lapangan. Komunikasi pun sangat sulit," tutur Saud Usman di Gedung Kementerian Koordinasi bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Jakarta, kemarin.

Hal tersebut disampaikannya usai menjalani rapat koordinasi terkait terorisme di Poso bersama dengan Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdijatno, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, dan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia Komisaris Jenderal Badrodin Haiti.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Senada, Komisaris Jenderal Badrodin Haiti bahkan menambahkan buruknya cuaca juga mempersulit mereka dalam melakukan operasi tersebut. "Kendalanya itu medannya yang berada di dalam hutan, kemudian ditambah dengan cuaca yang saat ini sering hujan," tutur Badrodin.

Ia mengungkapkan, operasi yang saat ini tengah dilakukan diberi nama operasi Camar 2015. Ada beberapa kecamatan yang menjadi fokus penyisiran target. "Enam kecamatan yang menjadi lokasi dari (operasi) ini. Ada Sausu, Poso Pesisir Utara, Poso Pesisir Selatan, Lore, kemudian, daerah yang di Gunung Biru," ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan TNI juga akan memberikan bantuan untuk bergabung dengan Polri. Jenderal Moeldoko mengatakan siap untuk mengerahkan sejumlah bantuan untuk mengamankan kembali perkara terorisme ini.

"Jadi nanti saya akan menyerahkan sejumlah kekuatan baik untuk unsur intelijen atau pasukan, akan saya berikan ke Kapolri menindaklanjuti perintah menyelesaikan permasalahan Poso," kata Moeldoko.

Perkembangan terakhir, sudah tujuh orang yang telah diamankan oleh pihak kepolisian. Mereka adalah Imran yang berpersan sebagai kurir penyedia tempat tinggal, dan menyembunyikan Santoso. Imran juga memfasilitasi pertemuan Santoso dengan istrinya. Sebelum menangkap Imran, polisi menangkap Amirudin alias Aco Tabalu alias Bunga Desa di depan Rumah Sakit Poso, Minggu (11/1). Sama seperti Imran, Amiruddin juga berperan sebagai kurir dan penyedia logistik untuk Kelompok Santoso.

Sementara Ipul alias Saiful Jambi ditangkap karena diduga terlibat kasus Tadrib 2010 di daerah Topoyo, Sulawesi Barat. Iamembuat bom bersama Oca, tersangka yang lebih dulu ditangkap. Ipul ditangkap di Jalan Pulau Sabang, Sulawesi Tengah. Dalam Kelompok Santoso, Ipul menjadi kurir logistik dan pengatur keuangan.

Polisi juga menangkap Rustam alias Ape. Ia diduga berperan mengurus pembelian logistik bagi Kelompok Santoso, mengatur pendanaan, dan membantu pelarian buron teroris.

Sementara dua orang yang ditangkap Sabtu lalu adalah pasangan suami-isteri Hasan dan Ros. Mereka diduga terlibat penerimaan dan pengiriman dana kepada Kelompok Santoso dan mendukung logistik kelompok tersebut. Dari pasangan tersebut, Densus menemukan barang bukti berupa uang tunai Rp 23 juta.

Diketahui, Santoso adalah pemimpin penyerbuan dan pembunuhan terhadap tiga polisi di BCA Palu pada 25 Mei 2011. Selain itu Santoso melakukan delapan kali penyerangan kepada polisi pada 2012 dan menjadi aktor aksi bom bunuh diri di Polres Poso pada 3 Juni 2013. Anggota kelompok teroris ini juga sempat menyebar ke Pulau Jawa, khususnya Jakarta.

Santoso selalu diklaim Polri sebagai pemimpin kelompok teroris yang anggotanya telah ditangkap. Nama Santoso adalah satu dari tujuh buronan teror yang paling dicari pada tahun 2011. Santoso dikenal juga dengan nama Santo dan Abu Wardah.

Sedangkan Daeng Koro merupakan seorang desersi dari salah satu kesatuan elit TNI. Dia menguasai menguasai strategi perang gerilya. Latar belakang militer yang dimiliki Daeng Koro menjadikan pergerakan kelompok teroris tersebut sangat taktis dan sulit ditangkap. (pit/sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER