Sebab Istana Ikut Terendam: Pasang Air Laut, Pompa Waduk Mati

Donatus Fernanda Putra | CNN Indonesia
Selasa, 10 Feb 2015 13:08 WIB
"Dari 10 pompa di Waduk Pluit, hanya 4 yang beroperasi. Genangan air jadi tak bisa dialirkan," kata Kepala Dinas Tata Air Pemprov DKI Jakarta Agus Priyono.
Bajaj mogok akibat menerjang banjir di jalan depan Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat. (Reuters/Darren Whiteside)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Dinas Tata Air Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Agus Priyono menyatakan ada dua faktor yang menyebabkan Kompleks Istana Kepresidenan yang berada di kawasaan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, ikut terendam dalam banjir Jakarta, Senin (9/2).

Kedua faktor itu ialah pasang air laut yang berbarengan dengan matinya pompa air di Waduk Pluit, Jakarta Utara, akibat pemadaman listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). “Pompa tidak optimal karena harus berganti ke genset. Dari 10 pompa di Waduk Pluit, hanya 4 yang beroperasi. Genangan air jadi tidak bisa dialirkan,” kata Agus di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (10/2).

Soal matinya pompa Waduk Pluit itu juga dilaporkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ke Presiden Jokowi. “Saya bilang ke Pak Presiden supaya seluruh pompa di (Jakarta) Utara harus nyala listriknya. Enggak boleh putus,” ujar Ahok usai bertemu Jokowi di Istana Kepresidenan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemadaman listrik di Waduk Pluit menghambat pemompaan waduk yang berfungsi untuk mengurangi volumen banjir. “Saya bilang Pak Presiden, Istana pernah enggak mati lampu? Enggak. Istana standby kan. Harusnya PLN memberlakukan itu juga ke Waduk Pluit dan semua pompa yang di utara. Itu yang saya minta sama Pak Presiden," kata Ahok.

Sementara Manajer Komunikasi Hukum dan Administrasi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, Koesdianto, mengatakan pemadaman aliran listrik yang mengaliri fasilitas pompa pengontrol banjir di Waduk Pluit dilakukan karena PLN perlu mengubah pasokan listrik untuk mengisolasi jaringan di gardu-gardu listrik yang terendam banjir.

Banjir Jakarta, menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Denny Wahyu Haryanto, disebabkan oleh hujan lokal yang terus mengguyur Jakarta serta rob atau pasang air laut.

“Kondisi itu melampaui drainase kami,” imbuh Agus. Drainase di Jakarta, terutama di jalan-jalan protokol, hanya dapat menampung aliran air dengan curah hujan 50-80 mm, tak bisa menampung hujan dengan intensitas sedang dan lebat yang terjadi selama lebih dari 12 jam.

Soal buruknya drainase Jakarta juga sempat dikemukakan oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho. “Aliran sungai di Jakarta masih normal, namun drainase amat buruk,” kata Sutopo. Bila nantinya sungai pun sampai meluap, maka bahaya besar menghadang Jakarta.

Menurut BPBD, hari ini titik-titik banjir di Jakarta telah berkurang signifikan dibanding Senin kemarin. Bila Senin tercatat ada 113 titik genangan air, maka saat ini tinggal 54 titik genangan air yang tersisa. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER