Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 16 warga negara Indonesia (WNI) hingga kini masih belum diketahui keberadaannya setelah memisahkan diri dari rombongan tur di Turki, 24 Februari lalu. Smailing Tour, penyelenggara jasa tur yang memberangkatkan rombongan dari Indonesia, belum menerima keluhan atau laporan kehilangan dari keluarga ke-16 WNI tersebut.
"Sampai sekarang belum ada pengaduan dari keluarga. Kalau memang ada yang hilang seharusnya (keluarga) mempertanyakan," ujar Chief Operating Officer Smailing Tour Davy Batubara saat ditemui CNN Indonesia di kantornya, Rabu (11/3).
Davy mengaku Smailing Tour telah mencoba menghubungi keluarga ke-16 WNI yang hilang. Namun berdasar data yang diterima Smailing Tour saat mereka mendaftar, nomor telepon darurat yang ditulis tidak dapat dihubungi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, kami diam dulu saja. Kalau ada yang bertanya pasti kami berikan jawaban," ujar Davy.
Saat ini, lanjut Davy, Smailing Tour masih terus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk mendalami latar belakang ke-16 WNI yang hilang. Data yang berupa copy paspor mereka sudah diberikan kepada Kemlu dan menyerahkan segala proses penyelidikan kepada pihak berwajib.
Kronologi KejadianSebanyak 25 orang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Jakarta, pada malam tanggal 23 Februari 2015 menuju Turki menggunakan jasa Smailing Tour. Berangkat dengan pesawat Turkish Airline, rombongan ini tiba di Turki pada 24 Februari 2015.
Setiba di Turki, 16 di antara mereka meminta izin kepada pemandu wisata untuk memisahkan diri dari rombongan dengan alasan ingin menemui keluarga di Turki.
"Kalau tidak salah ada penjemputan sendiri. Saat itu pemandu wisata kami mengatakan, ya mungkin, itu keluarganya," ujar Davy.
Ke-16 WNI tersebut merupakan tiga keluarga besar yang berasal dari Surabaya dan Solo. Mereka terdiri dari tujuh laki-laki, empat perempuan, empat anak-anak, dan seorang bayi.
Melihat hal tersebut, pemandu wisata tidak berpikir negatif dan meminta mereka untuk menandatangani surat pernyataan tertulis. Surat itu dibutuhkan Smailing Tour agar tidak ada tuntutan ganti rugi lantaran pengguna jasa mereka tak memakai jasa tur yang sudah dibayarkan.
Saat berpisah dari rombongan, salah satu dari mereka mengatakan akan kembali bergabung pada 26 Februari di salah satu lokasi tur yang dijadwalkan. Namun ketika hari itu tiba, ke-16 WNI tersebut tidak muncul dan hanya memberi keterangan melalui pesan singkat.
"
WNI yang memisahkan diri itu mengatakan untuk tidak usah dipikirkan karena mereka bisa jalan sendiriChief Operating Officer Smailing Tour Davy Batubara |
Mereka katakan untuk tidak usah dipikirkan karena mereka bisa jalan sendiri," ujar Davy.
Pada 27 Februari, pemandu wisata mencoba menghubungi kembali 16 WNI tetapi nomor mereka sudah tidak aktif. Mengetahui hal ini, sang pemandu melapor ke pihak Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Turki. Laporan dibuat lantaran khawatir jika ke-16 WNI ini mengalami penculikan, perampokan atau bahkan pembunuhan.
Rangkaian tur selama 8 hari berakhir pada 3 Maret 2015. Namun ke-16 WNI yang memisahkan diri masih belum dapat dikonfirmasi keberadaannya. "Tanggal 3 hingga 4 Maret mereka tidak muncul lagi, itu yang dianggap resmi oleh KJRI," ujar Davy.
Selain laporan ke KJRI, pemandu wisata lokal yang menjadi rekanan Smailing Tour juga membuat laporan resmi ke kepolisian Turki mengenai hilangnya 16 WNI.
(rdk)