Tahajud Ceu Popong untuk Golkar yang Retak

Anggi Kusumadewi | CNN Indonesia
Jumat, 27 Mar 2015 15:43 WIB
"Hati saya perih melihat Golkar diobok-obok. Saya mohon pada Gusti agar diberi jalan keluar untuk Golkar," kata politikus senior Golkar Popong Otje Djundjunan.
Politikus senior Golkar Popong Otje Djundjunan sedih dengan kondisi Golkar saat ini. (CNN Indonesia/Hafizd Mukti)
Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus senior Golkar Popong Otje Djundjunan yang populer dengan sapaan Ceu Popong merasa sedih melihat kondisi partainya yang tak juga damai. Kepada CNN Indonesia, Jumat (27/3), ia bercerita betapa dia terus menyertakan doa untuk Golkar dalam tiap tahajudnya.

“Saya memang sudah puluhan tahun rutin tahajud, meminta kepada Gusti Maha Suci agar diberi jalan terbaik. Begitu terjadi ini (Golkar pecah), tahajud saya antara lain memohon kepada Tuhan diberi jalan keluar untuk Golkar,” kata Ceu Popong.

Perempuan 76 tahun itu mengatakan ingatannya kerap melayang ke masa 50 tahun lalu saat Partai Golkar didirikan tahun 1964. Ceu Popong merupakan salah satu pendiri Golkar di Jawa Barat. “Sebagai orang tua, hati saya perih melihat Golkar diobok-obok supaya lemah. Tapi saya juga bangga karena artinya Golkar dianggap kekuatan besar,” ujar dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ceu Popong berpesan kepada para juniornya di DPR agar tak terpengaruh dengan pertarungan elite antara kubu Agung Laksono dan Aburizal Bakrie. “Untuk anggota DPR yang membawa bendera Golkar, Fraksi Golkar, jangan ikut dengan hiruk-pikuk. Tetap laksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Tak usah ke sana ke sini,” kata dia.

Anggota DPR tertua periode 2014-2019 itu enggan membandingkan keabsahan kubu Agung dan Ical. Dia mengatakan tak bisa mengukur secara objektif soal itu karena bukan ahli hukum. Selain itu, Ceu Popong hanya menghadiri Musyawarah Nasional Golkar Bali, dan tak datang ke Munas Ancol kubu Agung.

“Saya hadir di Bali karena diundang sebagai peninjau. Di situ saya melihat semua prosesnya dari mula sampai selesai. Di Ancol saya tidak hadir karena tidak diundang sehingga tidak bisa berkomentar,” kata Ceu Popong.

Meski demikian, menurut dia, para peserta Munas Bali memang betul-betul pengurus Dewan Pimpinan Daerah Golkar yang asli. “Mereka resmi, para ketua, sekretaris, dan bendahara Golkar daerah. Ada mandatnya. Saya kenal mereka sudah puluhan tahun. Saya lihat sendiri, tidak pinjam mata dan telinga orang. Jadi, itu (Munas Bali) sah atau tidak?” ujar Ceu Popong melemparkan pertanyaan yang tak mau ia jawab sendiri.

Ia meminta semua pihak, terutama internal Golkar, untuk mengendalikan emosi supaya pikiran jernih dan menuggu keputusan hukum tetap atas dualisme kepengurusan Golkar dari pengadilan. Keputusan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly yang telah mengesahkan kepengurusan Agung Laksono menurut Ceu Popong belum inkrah.

“Tunggu dulu sampai ada keputusan hukum, bukan keputusan menteri, sebab keputusan menteri bukan yudikatif. Garis yudikatif berbeda dengan garis eksekutif,” kata Ceu Popong.

Namun, tegas Ceu Popong, ia tak memihak kubu manapun. “Saya enggak ke kanan atau kiri. Saya lurus. Kalau yudikatif sudah beri putusan, siapapun pihak yang kalah harus menerima,” kata dia.

Saat ini ketegangan antara kubu Agung dan Ical kembali meningkat karena perebutan Sekretariat Fraksi Golkar. Baca selengkapnya di FOKUS: Dua Golkar Berebut Lantai 12 (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER