Jakarta, CNN Indonesia -- Konflik internal di Partai Golkar membuat banyak pihak di partai beringin itu tidak nyaman. Bagi para kader senior partai, situasi ini sungguh membuat gerah. Apalagi bagi kader baru.
Kondisi ini yang dirasakan oleh Mukhamad Misbakhun. Apalagi, Anggota Komisi XI DPR ini sebenarnya bukanlah anggota yang baru sekali. Bisa dibilang di Golkar dia adalah anggota baru tapi lama, atau bisa juga dibalik, anggota lama tapi baru.
Sebelumnya, anggota DPR dapil Pasuruan-Probolinggo Jawa Timur ini adalah kader PKS. Bersama PKS, dia masuk menjadi anggota DPR di 2009-2014. Itu adalah kali pertama dia menjadi anggota parlemen di Senayan. Dia berada di komisi yang sama di mana dia bersama Golkar sekarang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski baru, Misbakhun yang alumni STAN ini tidak seperti anggota baru DPR lainnya. Umumnya, anggota baru DPR masih malu-malu untuk aktif mengambil peran. Sebagian besar karena minimnya pengalaman di parlemen atau kurangnya pengetahuan atas isu penting bagi publik atau di komisi yang dibidanginya.
Berbeda dengan Misbakhun. Dia langsung tancap gas dan berperan aktif menentukan arah politik parlemen. Dia menjadi salah satu penggagas hak angket soal bailout Bank Century yang membuat ramai masa pemerintahan kedua Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia aktif memberikan komentar, pendapat, atau langkah politik yang diambil DPR terkait kasus ini. Dia ramah pada semua pewarta yang ada di DPR. Siapa pun yang menghubungi dia untuk mencari berita terkait soal Century, akan dilayaninya. Misbakhun terkenal ramah di DPR.
Bisa jadi, Misbakhun berperan aktif di parlemen meski anak baru waktu itu karena bailout Bank Century terkait erat dengan latar belakangnya sebelum terjun ke politik. Dia mantan pegawai Ditjen Pajak. Pernah menjadi asisten Dirjen Pajak waktu itu, Hadi Poernomo yang kini menjadi tersangka korupsi pajak yang berkaitan dengan BCA di Komisi Pemberantasan Korupsi.
Berkat angket Century, kasus ini kini ditangani KPK. Namun, Misbakhun juga terseret oleh kasus ini. Dia didakwa melakukan pemalsuan dokumen L/C ke Bank Century. Dia sempet di penjara selama satu setengah tahun, sebelum akhirnya Mahkamah Agung (MA) membebaskan dia dari tuduhan itu. Usai bebas, Misbkhun meminta PKS membersihkan namanya dari kasus Century. Permintaan yang masih belum juga dipenuhi hingga saat ini.
Usai kasus Century, Misbakhun loncat pagar ke Golkar. Di partai beringin, dia juga tetap aktif. Dia banyak meminta perbaikan Undang-Undang Perbankan direvisi agar lebih memberikan perlindungan pada konsumen.
Tetapi, karena konflik Golkar, terutama menjelang batas akhir perebutan Fraksi Golkar Misbakhun agak berubah. Saat CNN Indonesia menghubunginya pada Kamis (26/3) malam untuk bertanya soal konflik Golkar, dia dengan kikuk menjawab. "Mas jangan sekarang ya. Saya lagi dengan orang-orang nih. Nanti kalau sudah, saya hubungi saja. Saya nggak enak ngomongnya," tutur Misbakhun lalu menutup telepon. Tidak jelas dengan apa yang dimaksudnya dengan "orang-orang". Apakah dia sedang bersama orang-orang Golkar kubu Agung Laksono, atau kubu Aburizal Bakrie. (Baca Fokus:
Dua Golkar Berebut Lantai 12)
Jumat (27/3) ini, Misbakhun kembali tidak merespons telepon CNN Indonesia. Melalui pesan singkat, dia menjawab, "Saya memilih untuk tidak berbicara soal konflik Golkar saat ini. Tidak ada komentar apa pun dari saya soal itu."
Saat ditanyai lebih jauh apakah karena dia kader baru di Golkar sehingga dia jadi kikuk untuk memberikan pandangan soal konflik Golkar dan perebutan fraksi, kembali Misbakhun membalas singkat, "Tidak ada komentar apa pun dari saya soal hal itu," tukasnya.
Misbakhun belum menjawab apakah konflik ini membuat dia kesulitan untuk menjalankan tugas-tugas kedewanannya. Tapi, tetap sulit bagi kader baru meski dengan pengalaman jika berada dalam konflik panjang tak berkesudahan. (Baca juga:
Pengamanan Fraksi Ditambah, Meutya Kurang Nyaman Bekerja)
(hel)