Konflik Golkar: Hanya soal Siapa yang Membawa ke Kekuasaan

Helmi Firdaus | CNN Indonesia
Senin, 30 Mar 2015 09:28 WIB
Pengamat politik LIPI Siti Zuhro menilai konflik Golkar hanya soal belum adanya kesepakatan siapa yang akan membawa masuk ke pemerintahan.
Aparat kepolisian bersama Pamdal DPR, melakukan pengamanan ekstra di ruang Fraksi Golkar lt 12, Komplek Parlemen Senayan. Jakarta, Jumat, 27 Maret 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Konflik Golkar masih belum berakhir. Meski kubu Agung Laksono di atas angin dengan terbitnya SK Menkumham yang menyatakan pemerintah mengakui kepengurusannya, bukan berarti kubu Aburizal Bakrie bakal menyerah lebih cepat.

Perlawanan kubu Ical - begitu biasa Aburizal Bakrie disapa - masih tetap berlanjut. Ical masih mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara soal keabsahan Munas Jakarta dan juga putusan SK Menkumham. Belum lagi soal hak angket terhadap Menkumham Yasonna Laoly yang kini tengah digalang Fraksi Golkar.

Indikasi bahwa Ical tak akan segampang yang dibayangkan untuk menyerah meski SK Menkumham sudah turun, terlihat dari gagalnya kubu Agung Laksono untuk mengambil alih Sekretariat Fraksi Golkar di lantai 12 Gedung Nusantara 1 DPR, Jumat pekan lalu. Selain itu, ada indikasi kuat bahwa perombakan Fraksi Golkar yang diajukan kubu Agung ke pimpinan DPR juga bakal ditolak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fraksi di DPR menjadi sangat penting bagi sebuah partai politik, karena pada dasarnya, di fraksi lah kekuasaan politik partai berada. Kebijakan dan kepentingan partai, diterjemahkan menjadi langkah-langkah politik praktis fraksi di DPR. Apakah itu berkaitan dengan partai politik lain atau terhadap pemerintah. Fraksi adalah kepanjangan tangan partai.

Pengamat politik dari LIPI Siti Zuhro menilai, semua partai yang tengah berkonflik memang baiknya menunggu keputusan secara hukum siapa yang diakui oleh pemerintah hingga putusan itu final. Semua pihak diharapkan untuk menunggu agar tidak terjadi friksi yang lebih hebat.

Khusus untuk Golkar, Siti Zuhro memiliki pandangan sendiri. Dahulu, partai ini dikenal sebagai partai yang paling pandai mengelola konflik. Mereka berhasil melakukan itu sehingga partai berlambang beringin ini relatif stabil perolehan suaranya di pemilu.

"Dulu konflik mereka itu bisa dikelola dengan baik, karena mereka masuk di kekuasaan. Mereka menjadi partai pemerintah. Kesepakatan internal lebih mudah dicapai kalau di kekuasaan," paparnya saat dihubungi CNN Indonesia, Senin (30/3).

Yang menjadi berbeda dalam konflik kali ini, lanjutnya adalah konflik ini terjadi ketika Golkar berada di luar kekuasaan. Posisi berada di luar kekuasaan, papar Siti, adalah hal yang agak aneh karena menyimpang dari genetiknya. "Golkar itu secara genetik partai pemerintah, berada dalam pemerintahan. Sudah hampir 50 tahun mereka ada di pemerintahan," terangnya.

Berada di luar pemerintah seperti sekarang, akan membuat banyak pihak di Golkar tidak nyaman. Tidak heran, ujarnya, ketika Golkar kemudian berkonflik karena ada salah satu kubu yang ingin bergabung di pemerintahan. "Sebenarnya semua Golkar itu tidak tahan berada di luar pemerintahan. Semua ingin bergabung," ujarnya.

Hanya saja, lanjutnya, meski sama-sama ingin masuk di pemerintahan, Golkar belum bisa memutuskan secara internal, siapa yang akan memimpin dan mengatur pembagian jika Golkar bergabung ke kekuasaan. Jika pemerintah mengesahkan Agung Laksono, terang Siti, bisa dipastikan Golkar bergabung dengan pemerintahan dan akan berada di dalam gerbong Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Sementara Ical, papar Siti, masih belum menemukan siapa sosok yang pas untuk membuat kesepakatan untuk bergabung ke pemerintahan. Karena itu, dia masih terus berusaha sekuat mungkin membawa Golkar berada di luar kekuasaan. "Tetapi pasti sulit, karena akan banyak kadernya yang ingin Golkar bergabung ke pemerintahan," tukasnya.

Konflik Golkar ini, terang Zuhro, hanyalah persoalan elite Golkar di mana di internal mereka, belum ada kesepakatan siapa yang akan memimpin dan mengatur pembangian dalam Golkar jika mereka bergabung dengan pemerintahan. "Saya melihat inti konflik mereka di situ saja. Kalau sudah sepakat siapa yang memimpin, saya kira konflik akan selesai dan Golkar kemungkinan besar bergabung ke pemerintahan," tuturnya. (hel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER