Listrik Tak Stabil, Sekolah Pontianak Andalkan Genset dan UPS

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Senin, 13 Apr 2015 10:47 WIB
Ketua Persaturan Guru Republik Indonesia Sulistyo mengatakan sebanyak enam sekolah di Pontianak melaksanakan UN berbasis komputer.
Sejumlah pelajar mengikuti Ujian Nasional (UN) manual dengan kertas ujian di SMA Negeri 1, Jakarta, Senin (13/4). (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Khawatir daya listrik tidak stabil, sekolah yang melaksanakan Ujian Nasional berbasis komputer (UN CBT) di Pontianak, Kalimantan Barat, mengandalkan genset dan uninterruptable power supply (UPS). Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistyo saat dihubungi CNN Indonesia, Senin (13/4).

"Sekolah khawatir karena listrik memang tidak terlalu bagus di sini jaringannya," kata Sulistyo saat mengawasi UN CBT di SMKN 8, Pontianak.

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 8 Pontianak, katanya, merupakan satu-satunya SMK di provinsi Kalbar yang mengikuti UN CBT. Selain SMKN 8, terdapat 2 SMA swasta dan 3 SMA negeri yang mengikuti UN CBT.
(Baca Juga: Fokus Cara Baru Ujian Nasional)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski sekolah yang berpartisipasi dalam UN CBT masih sedikit, Sulistyo mengatakan sejauh ini tidak ada kendala berarti, baik proses log in juga pengerjaan soal oleh siswa. "Sejauh ini belum ada kendala," kata Sulistyo.

(Lihat Juga: Ujian Nasional: cara Baru VS Cara Lama
)

Pelaksanaan UN CBT di Pontianak dibagi menjadi 3 sesi waktu, yakni sesi I dari pukul 7.30 - 9.30 WIB, sesi II dari pukul 10.00 - 12.00 WIB dan sesi III dari pukul 13.00 - 15.00 WIB.

Menurut penjelasannya, para kepala sekolah yang sekolahnya terpilih melaksanakan UN CBT mengatakan kebangaan tersendiri. Pasalnya, sekolah yang melaksanakan UN CBT di Pontianak dinilai jauh lebih maju dan terdepan dibanding sekolah lainnya di Pontianak.

(Baca Juga: UN Berbasis Komputer Minimalisir Jual Beli Soal)

Sementara itu, Sulistyo juga menjelaskan sempat terdapat persoalan dalam pelaksanaan UN konvensional atau dengan kertas di sebuah sekolah terpencil di Pontianak. "Kertas soal sempat tertinggal di percetakan di Surabaya padahal daerah sekolahnya 18 jam dari ibukota provinsi. Namun, sekarang sudah dikirimkan dan lancar," kata Sulistyo. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER