Jakarta, CNN Indonesia -- Prananda Prabowo, ‘putra mahkota’ Megawati Soekarnoputri, hingga kini terkesan misterius. Meski sudah diresmikan sang ibunda sebagai calon pemimpin masa depan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bersama adiknya Puan Maharani, dia masih bungkam.
Cerita-cerita seputar sosok Prananda justru datang dari kalangan internal PDIP yang mengenal dan bersentuhan langsung dengan dia. Kader-kader PDIP punya gambaran sama tentang Prananda: seorang sutradara yang senang bekerja di balik layar.
Baca juga:
Akhir Kerja ‘Sunyi’ Prananda Prabowo, Putra Mahkota Megawati
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dia aktif di partai, di Dewan Pimpinan Pusat. Bahkan di setiap pemilihan kepala daerah untuk gubernur, dia ikut memberikan dan mencari data serta informasi yang dipakai untuk pengambilan keputusan selama kampanye,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDIP Jawa Barat Tubagus Hasanuddin kepada CNN Indonesia, Selasa (14/4).
Hasanuddin bercerita, Prananda memiliki tim asistensi khusus yang memberikan informasi soal peta politik selama kampanye. Bersama timnya ini, Prananda memasok dan mengolah informasi untuk kemudian disusun sebagai strategi kampanye.
“Jadi Prananda menyiapkan data-data, rencana kampanye, dan lain-lain. Dia terlibat di Pilkada Jawa Barat, Bali, dan lain-lain,” ujar Hasanuddin.
Pada Pilkada Jawa Barat 2013, calon yang diusung PDIP, Rieka Diah Pitaloka dan Teten Masduki, kalah dari pasangan calon Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar yang diusung koalisi Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan, dan Hanura.
Di Pilkada Bali 2013, calon yang diusung PDIP, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga dan Dewa Nyoman Sukrawan, juga kalah dengan perolehan suara selisih tipis dari incumbent I Made Mangku Pastika yang berpasangan dengan I Ketut Sudikerta –pasangan calon yang diusung koalisi Demokrat, Golkar, Partai Amanat Nasional, Gerindra, Hanura, PKPI, PKPB, PNBK, dan PKP.
Selama Pilkada Bali, kata Hasanuddin, Prananda banyak membuka posko pemenangan selain mencari data dan informasi yang relevan dengan kampanye. Maka apapun hasil pilkada, Prananda dinilai punya cara pengorganisasian yang bagus.
“Dia cukup tegas,
strict dalam rapat. Saya lihat Mbak Puan juga begitu. Mereka seperti ibunya, sudah keturunan,” kata Hasanuddin.
Anggota Komisi I DPR itu mengatakan, hanya karena Prananda tak dikenal publik, bukan berarti dia tak berperan dalam roda organisasi partai. “Dia pengurus, cuma tak pernah muncul. Itu saja,” ujar Hasanuddin.
Kini keadaan mungkin berubah. Dalam Kongres IV PDIP pekan lalu, ibunda Prananda, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sendiri yang menunjuknya untuk masuk ke struktur inti kepengurusan partai. Prananda diberi jabatan Ketua DPP Bidang Ekonomi Kreatif dan akan digembleng menjadi pemimpin masa depan PDIP bersama Puan.
Baca juga:
Sekelumit Kisah di Balik Penunjukan Prananda oleh MegawatiSelain ikut memegang peran sentral dalam kampanye gubernur untuk PDIP, Prananda juga disebut Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira sebagai ‘penjaga’ partai. Dia memberi masukan dan arahan agar partai tak keluar dari garis ideologinya.
Selama ini Nanan jarang muncul, ujar Andreas, karena dia memang punya karakter yang yang suka menonjolkan diri. Hal senada diucapkan Jokowi. Menurutnya, meski Prananda tak menonjol, dia mudah dekat dengan siapapun.
Prananda, saat dihubungi CNN Indonesia melalui seorang sumber di internal PDIP, belum mau menjawab pertanyaan seputar dia dan partainya. “Nanti saja, hahaha...” ujar dia, tertawa.
Prananda dan Puan, menurut Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dan politikus senior PDIP Pramono Anung, punya waktu lima tahun menuju Kongres PDIP 2020 untuk mematangkan pengalaman dan posisi politik mereka sebelum menerima tongkat kepemimpinan partai dari Megawati.
(agk)