Menunggu Lobi Makan Siang Jokowi yang Sederhana

Helmi Firdaus | CNN Indonesia
Rabu, 15 Apr 2015 17:32 WIB
Banyak hal yang dibicarakan Presiden Jokowi dengan para pengamat politik, soal hubungannya dengan Megawati, APBN-P hingga evaluasi menteri.
Presiden Joko Widodo ( kanan) menyantap soto bersama (kiri ke kanan) Ketua Umum PDI Perjuangan, Ketua Umum PPP hasil muktamar Surabaya M. Romahurmuziy, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dan Sekjen Partai Nasdem Patrice Rio Capella di Soto Gading, Solo, Jateng, Sabtu (14/2). (ANTARA/Andika Betha)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo dikenal dengan diplomasi makan siangnya. Selasa (14/5) kemarin, dia secara tiba-tiba mengundang para pengamat politik untuk makan siang bersama di Istana. Makan siang ‘politik” yang diyakini akan membuahkan hal yang penting.

Bahwa makan siang selalu mendahului sebelum Jokowi mengambil keputusan penting sudah tercirikan sejak dia menjadi wali kota Solo. Sebelum memindahkan PKL dari Monumen 45 ke Pasar Klithikan Notohardjo, Jokowi puluhan kali mengundang makan siang para PKL.

Kemudian saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi juga menerapkan hal yang sama sebelum melakukan penataan Pasar Tanah Abang. Berulang kali dia mengundang tokoh masyarakat atau pun masyarakat biasa yang berkaitan dengan Pasar Tanah Abang untuk makan siang bersama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebiasaan yang diteruskan saat dia jadi Presiden. Terhitung setidaknya sudah tiga kali, sekali resmi dan dua kali tidak resmi - dia melakukan makan siang selama 6 bulan jadi presiden. Makan siang resmi Jokowi adalah dengan mengundang para guru honorer dan guru bantu di DKI Jakarta.

Sedang makan siang tak resmi pertama, Jokowi mengundang para influencer di media sosial. Pengamat musik sekaligus Pemred Rolling Stones Adib Hidayat yang ikut makan siang ini mengaku dihubungi mendadak pihak Istana. Dia tidak tahu siapa saja yang diundang, untuk alasan apa, dan apakah Jokowi ikut serta atau tidak. “Kita baru tahu Pak Jokowi ikut makan ya saat kita mau makan siang itu di Istana,” katanya.

Dalam makan siang itu, Jokowi lebih banyak meminta masukan para influencer itu. Salah satu yang diusulkan dalam makan siang itu, ungkap Adib, adalah perlunya juru bicara buat Jokowi. Juru bicara dengan kemampuan komunikasi yang baik serta mudah diakses oleh publik. Tak lama berselang, Kantor Staf Kepresidenan menyebutkan bahwa tiga deputi mereka sekaligus akan merangkap menjadi juru bicara.

Menu Sederhana yang Nikmat

Makan siang tak resmi yang kedua, juga serupa dengan yang pertama. Pengamat politik dari Populi Center Nico Harjanto mengaku dihubungi juga secara mendadak. “Senin malam saya dihubungi oleh Kang Teten (Teten Masduki, Staf Khusus Sekretaris Kabinet) besok makan siang di Istana,” kata Nico saat berbincang dengan CNN Indonesia, Rabu (15/4).

Nico mengaku tidak tahu apakah itu makan siang dengan Jokowi. “Istana kan luas,” ujarnya. Baru pada Selasa (14/4) jelang siang, saat Teten Masduki kembali menghubungi dirinya, Nico sudah merasa ini makan siang akan dengan Jokowi. Soalnya, undangan yang kedua kali ini Teten mengatakan makan siang di Istana Negara. “Asumsi saya pasti dengan Pak Jokowi, dan benar,” paparnya.

Makan siang di Istana dengan presiden adalah yang pertama bagi Nico. Makan siang itu, ungkapnya, adalah makan siang yang sederhana. Menunya Indonesia, ada sayur lodeh, asem, sambel, lalapan, udang tepung goreng, nila goreng, ayam goreng, dan mendoan. “Ya seperti makan siang kita di rumah lah. Tapi enak dan nikmat ,” tuturnya.

Di meja makan siang yang berbentuk oval, Nico menyebutkan Jokowi duduk dengan didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno di sebelah kanan dan wartawan senior Kompas Budiarto Shambazy di sebelah kiri. Dalam deretannya ada Sekretaris Kabinet Andi Widjojanto di ujung kanan lalu ada Sukardi Rinakit. Nico mengaku duduk di deretan yang berhadapan dengan Jokowi. Dalam deretannya ada antara lain ada Teten Masduki, Hanta Yudha dan Yunarto Wijaya. Dalam makan siang itu, hadir pula Thamrin Amal Tomagola, Ikrar Nusa Bhakti dan Syamsudin Haris, Muhammad Qodari. “Mas Dodi (Dodi Ambardi, pengamat politik dari LSI) datang terlambat,” katanya.

Makan siang dibuka dengan masing-masing pengamat memperkenalkan diri. Lalu Teten, ungkap Nico, meminta para pengamat untuk memberikan update terbaru atas survei yang dilakukan terkait kinerja pemerintah. Qodari, papar Nico yang menjelaskan pertama karena Indobarometer yang paling terakhir melakukan survei.

“Saat mendengarkan penjelasan Mas Qodari, Pak Jokowi datar saja ekspresinya. Kadang dia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi,” katanya. Kadang-kadang, Pak Jokowi melemparkan pandangan ke arah lain. “Mungkin karena paparannya terlalu panjang,” katanya menduga.

Setelah itu, para pengamat memberikan pandangan, masukan dan juga kritikan atas pemeritahan Jokowi. Para pengamat, papar Nico umumnya cukup banyak memberikan pandangan mereka soal bagaimana hubungan Jokowi dengan partai koalisi, dengan PDIP dan terutama dengan Megawati Soekarnoputri.

“Ya Pak Jokowi mendengarkan cukup seksama. Eksperesinya datar. Saya tidak melihat mimik marah atau ketidaksukaan atas masukan yang diberikan para pengamat. Padahal saya menilai pandangan yang diberikan para senior-senior pengamat itu cukup pedas juga, apa adanya,” ujar Nico.

Dipaksa Bicara Koalisi dan Menteri

Pemberian pandangan itu dilakukan sembari menyantap makanan siang. Giliran Jokowi kemudian memberikan tanggapan. Jokowi lalu bercerita soal hubungannya dengan PDIP terutama dengan Megawati yang sangat baik. “Jokowi cerita, saat makan siang di Kongres (PDIP) di Bali, dia dengan Megawati banyak tertawa. Bahkan Jokowi cerita ke Mega, bahwa dia ingin main di laut. Akhirnya dia memilih meninjau pertanian rumput laut yang ada di dekat lokasi kongres,” ujarnya.

Jokowi, tutur Nico, melanjutkan penjelasannya soal kenaikan harga, program pemerintah yang belum bisa jalan karena APBN-P belum disahkan, sampai bahwa memang perlu waktu bagi masyarakat untuk bisa merasakan buah dari program-program pemerintah. “Usai itu, kita yang agak mendesak Pak Jokowi untuk menyampaikan pandangannya soal para menterinya,” lanjut Nico.

Hal serupa juga dibenarkan oleh Yunarto Wijaya. Para pengamatlah yang agak mendesak Jokowi untuk berbicara soal koalisi dan menteri. “Beliau malah awalnya tidak mau bahas soal itu. Tapi mana paham kita soal kenaikan harga? Kita kan hanya bahas secara makro mengenai dampaknya kepada publik,” papar Yunarto.

Desakan itu, akhirnya membuat Jokowi mau bicara soal menteri-menterinya. Jokowi, sebut Nico, mengakui ada menterinya yang belum bekerja sesuai yang diharapkan. Dia menyatakan bahwa evaluasi terhadap menterinya tengah dilakukan. Dia juga tengah membangun komunikasi yang lebih baik dengan koalisi dan parlemen.

Buah makan siang “politik” Jokowi ini, menilik dari apa yang dibicarakan secara santai bisa banyak hal. Apakah Jokowi akan melakukan reshuffle kabinet? Atau Jokowi akan mulai mengharmoniskan hubungannya kembali dengan PDIP dan terutama Megawati Soekarnoputri? Atau, Jokowi akan mulai melakukan lobi lebih intens dengan parlemen agar APBN-P tidak diganjal sehingga program-programnya bisa segera dijalankan?

Semoga saja, buah makan siang “politik” itu baik, sebagaimana sebelum-belumnya. Di mana para PKL di Solo melakukan selametan dan kirab saat pindah ke Pasar Klithikan, atau Pasar Tanah Abang yang berhasil ditata tanpa ada penolakan dan perlawanan berarti dari masyarakat. (hel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER