Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar pidato yang disampaikannya nanti dalam agenda yang menjadi rangkaian acara Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) tidak normatif.
Hal itu disampaikan Presiden ketika membuka rapat terbatas (ratas) yang membahas soal persiapan Peringatan 60 Tahun KAA di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (17/4).
"Saya titip, yang saya sampaikan dalam pidato nanti bukan suatu normatif, biasa, tapi betul-betul sebuah pesan kuat," ujar Jokowi ketika membuka ratas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pidato yang dimaksud, imbuh Jokowi, terutama yang memuat pesan mengenai tatanan baru, keseimbangan global, dan keadilan global. "Yang kita lihat sekarang ini
United Nations tidak memuat pesan itu," kata dia.
Ia kemudian mengambil contoh peperangan yang terjadi di Irak. "Saya berikan contoh, misalnya Irak, siapa yang beri mandat dulu ada yang ke sana?" ujar dia.
Sementara itu Deputi II Kantor Staf Kepresidenan Bidang Pengelolaan dan Kajian Program Prioritas, Yanuar Nugroho menjelaskan, pidato Presiden disusun secara bersama oleh Kementerian Luar Negeri, Kementerian Sekretariat Negara, dan Sekretariat Kabinet.
Ia membenarkan bahwa Presiden ingin memberikan pesan kepada dunia bahwa tata dunia yang adil dan seimbang diperlukan. "Agar KAA tidak hanya normatif, tetapi memberi pesan yang jelas pada internasional," kata Yanuar.
Peringatan 60 Tahun KAA akan diadakan di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April mendatang. Segmen pertama akan digelar di Jakarta sejak tanggal 19-23 April. Di ibu kota, konferensi akan diisi beberapa pertemuan mulai dari pertemuan tingkat pejabat tinggi, pertemuan tingkat menteri, hingga pertemuan kepala pemerintahan.
Setelah rangkaian acara di Jakarta selesai, pada 24 April seluruh perwakilan negara akan bertolak ke Bandung untuk melakukan prosesi napak tilas KAA pertama.
Konferensi Asia Afrika pertama kali diselenggarakan pada 18-24 April 1955 Gedung Merdeka, Bandung. Pertemuan ini diadakan dengan tujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika, serta melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, dan negara imperialis lainnya.
(Baca juga: 26 Ribu Personel Dikerahkan untuk Amankan Peringatan KAA) (sur)