Jakarta, CNN Indonesia -- Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dinilai menanggung banyak tekanan dalam memilih sosok yang akan mendampingi dirinya duduk di kursi pimpinan Polri.
Walaupun baru dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada Jumat (17/4) pagi, namun tekanan diyakini sudah didapatkan oleh Badrodin saat ini terkait nama calon pengisi jabatan Wakapolri.
Bahkan, tekanan pun diprediksi berasal dari partai-partai politik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira pasti ada tekanan internal khususnya (yang diterima Badrodin). Mungkin juga ada tekanan dari partai politik, walaupun kita agak sulit membuktikannya tapi bisa juga itu (pelantikan Badrodin sebagai Kapolri) semacam konsesi juga," ujar pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Syamsuddin Haris, di Kantor LIPI, Jakarta, Jumat (17/4).
Secara
de jure, pemilihan Wakapolri menjadi hak sepenuhnya Kapolri sebelum menerima pertimbangan dari Dewan Kepangkatan dan Jabatan Tinggi (Wanjakti) Polri. Namun, saat ini telah beredar kuat nama Jenderal Budi Gunawan yang digadang-gadang sebagai calon Wakapolri, pendamping Badrodin nantinya.
Menurut Haris, walaupun dipenuhi dengan tekanan dalam memilih figur Wakapolri yang akan mendampinginya, namun Badrodin tetap dapat memiliki kuasa dalam Polri jika ia memegang kendali institusi penegak hukum dengan benar.
"Matahari kembar (dalam Polri) tidak akan ada, tapi itu tergantung Badrodin sebenarnya. Apakah dia mampu memegang kendali atau tidak," kata Haris.
Sebelumnya, Badrodin mengatakan tidak mau menyebut spesifik nama figur yang ia rasa cocok menjabat sebagai Wakapolri.
Badrodin menganggap pemilihan Wakapolri tak dipengaruhi faktor cocok atau tidak cocoknya seseorang bekerja dengan dia.
“Saya pikir kami semua kerja akrab. Semua cocok saja,” ujarnya di Mabes Polri, Jakarta.
(meg)