Komnas Perempuan Sebut Mary Jane Korban KDRT dan Trafficking

Yohanie Linggasari | CNN Indonesia
Jumat, 24 Apr 2015 17:18 WIB
Mary Jane pernah jadi buruh migran di Dubai dan hampir diperkosa di sana, dia disebut kurir narkotik karena ditipu perekrutnya.
Terpidana mati Mary Jane Fiesta Veloso mengikuti lomba peragaan busana kebaya saat peringatan Hari Kartini di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, Selasa (21/4).(ANTARA /Yeyen)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan Yuniyanti Chuzaifah menyatakan terpidana mati kasus narkotika asal Filipina Mary Jane Fiesta Veloso merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan perdagangan manusia (trafficking).

Diceritakan oleh Yuniyanti, Mary Jane berasal dari keluarga miskin di Filipina. Mata pencaharian utama keluarganya adalah pengumpul dan penjual barang bekas. Mary Jane hanya menempuh pendidikan hingga tingkat sekolah menengah pertama (SMP) kelas I, lalu putus sekolah.

Mary Jane kemudian menikah dini pada usia 16 tahun. Ia menjadi korban KDRT yang kemudian terpaksa mengambil alih peran kepala keluarga. "Ia kemudian menjadi buruh migran di Dubai dan pernah hampir diperkosa di sana," kata Yuniyanti, Jumat (24/4)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Peristiwa itu mengakibatkan Mary Jane dirawat di rumah sakit selama satu bulan sebelum memutuskan kembali ke negara asalnya. Dia kembali lagi menjadi pekerja migran. "Mary Jane kemudian direkrut oleh tetangga suaminya, Maria Kristina P. Sergio untuk bekerja ke Malaysia sebagai pekerja rumah tangga (PRT) secara ilegal," ujarnya.

Mary Jane membayar biaya keberangkatan dengan menyerahkan motor dan telepon genggamnya senilai 7.000 peso pada Kristina, dengan perjanjian ia akan dipekerjakan sebagai PRT di Malaysia. Kekurangan biaya, sebut Yuniyanti akan dibayar dengan pemotongan tiga bulan gaji saat bekerja.

"Mary Jane kemudian diminta oleh perekrutnya untuk ke Indonesia dengan janji akan segera diperkerjakan setelah kembali sepulang dari Indonesia. Namun ia ditipu dan malah dijadikan kurir narkotika," kata Yuniyanti menjelaskan.

Yuniyanti menjelaskan Mary Jane diberikan tas untuk menyimpan pakaian dan peralatan pribadinya, di mana tanpa sepengetahuannya telah dimasukkan heroin seberat 2,6 kilogram. "Mary Jane adalah ibu dari dua orang anak dan eksekusi mati ini akan sangat menyakitkan bagi keluarganya," kata Yuniyanti. (Baca juga: Surat Terpidana Mati Mary Jane untuk Presiden Jokowi)

Ia berpendapat apa yang dialami Mary Jane tidak lepas dari kemiskinan yang membelenggunya. "Mary Jane bahkan sempat bertanya mengapa kawannya di Thailand tidak dihukum seberat dirinya padahal kedapatan membawa narkotika lebih banyak. Mary Jane bertanya apakah semua yang dialaminya ini karena dia miskin?" ujar Yuniyanti.

Di lembaga pemasyarakatan, menurut Yuniyanti, Mary Jane dikenal sebagai individu yang baik. Ia aktif mengikuti lomba voli dan mengaku senang bisa makan tiga kali sehari. (Baca juga: Jelang Pemindahan ke Nusakambangan, Mary Jane Senam Poco-Poco)

"Semua orang simpatik padanya. Bahkan, anggota lapas mengumpulkan uang untuk Mary Jane demi mendatangkan ibundanya apabila benar ia akan dieksekusi mati," tutur Yuniyanti.

Baca Fokus: Eksekusi Mati Kian Dekat (hel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER