Jakarta, CNN Indonesia -- Harapan untuk menyelamatkan nyawa Mary Jane Fiesta Veloso kian pupus seiring dengan sempurnanya persiapan teknis eksekusi mati di Nusakambangan, pulau di selatan Cilacap, Jawa Tengah. (Baca:
Regu Tembak Siap Eksekusi Sembilan Terpidana Mati)
Dalam video berdurasi 1 menit 21 detik berjudul ‘
Mary Jane Veloso Message to her sons’ yang diunggah Rappler –situs berita
citizen journalism yang berbasis di Pasig, Filipina– dan beredar di YouTube, Mary Jane menyampaikan pesan terakhirnya kepada dua anaknya, Mark Daniel dan Mark Darren.
Mary berpesan agar kedua anaknya tabah. “Mark, kalau aku mati, aku tidak mati karena aku orang jahat. Aku akan pergi ke surga, tanpa kesalahan. Apakah kalian mengerti?” ujarnya kepada Daniel dan Darren.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua putra Mary tampak menganggukkan kepala. “Jika mama tidak kembali ke rumah, berarti mama sudah menghadap Tuhan,” ujar Mary lagi.
Video tersebut juga memperlihatkan saudara kandung Mary, Marites Veloso-Laurente. Ia mengatakan Mary ingin anaknya bangga terhadap dia apapun yang terjadi. “Saya ingin kalian menyebut mama saat telah tiada, karena dia mati menanggung dosa orang lain,” kata Marites.
Lihat
videonya di tautan ini.
Mary Jane, menurut Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan RI, ialah korban. Wakil Ketua Komnas Perempuan Yuniyanti Chuzaifah menceritakan kisah hidup Mary Jane yang berliku sampai berakhir di penjara.
Mary Jane, ujar Yuniyanti, merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga dan perdagangan manusia. Dia berasal dari keluarga miskin di Filipina. Keluarganya pengumpul dan penjual barang bekas. Tak heran Mary jane putus sekolah. Ia hanya mengenyam bangku pendidikan sampai tingkat SMP.
Mary Jane menikah dini pada usia 16 tahun. Sial, ia menjadi korban kekerasan oleh suaminya sendiri, pun harus berperan sebagai kepala keluarga. Mary Jane lantas menjadi buruh Migran di Dubai, Uni Emirat Arab. “Ia pernah hampir diperkosa di sana,” kata Yuniyanti.
Usai insiden itu, Mary dirawat sebulan di rumah sakit. Ia kemudian memutuskan untuk kembali ke negara asalnya, Filipina. Namun ia lagi-lagi menjadi pekerja migran dan direkrut oleh tetangganya, Cristina, untuk bekerja di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga secara ilegal.
Untuk ke Malaysia, Mary Jane menggadaikan motor dan ponselnya. Itu pun masih kurang untuk menutupi biaya keberangkatan sehingga gaji Mary di Malaysia menurut Cristina bakal dipotong selama tiga bulan pertama.
Namun setibanya di Kuala Lumpur, pekerjaan yang dijanjikan ternyata sudah tak lagi tersedia. Mary lalu diminta Cristina untuk ke Indonesia. Ia dijanjikan bakal segera dipekerjakan sekembalinya dari Indonesia. “Namun ia ditipu dan malah dijadikan kurir narkotik,” ujar Yuniyanti.
Ketika hendak ke Indonesia, tepatnya Yogyakarta, Mary Jane dibekali uang US$500 dan diberi tas untuk menyimpan pakaian dan peralatan pribadinya. Namun tanpa sepengetahuan Mary, kata Yuniyanti, dimasukkan pula heroin 2,6 kilogram ke dalam tas itu. Begitu mendarat di Bandara Adisucipto, Mary ditangkap oleh otoritas Indonesia.
Simak FOKUS:
Bergerak Menuju Regu TembakLobi tingkat tinggi Presiden Filipina Benigno Aquino ke Presiden Jokowi pada saat terakhir tak berhasil mengubah pendirian Jokowi yang sebelumnya menolak permohonan grasi Mary. Jokowi meminta publik untuk tak hanya menyoroti eksekusi mati, namun kejahatan narkotik yang setiap tahunnya memakan ribuan korban jiwa. (Baca:
Jokowi Isyaratkan Mary Jane Tetap Dieksekusi Mati)
Baca juga:
Jelang Eksekusi Mati, Gularte Yakin Dapat Bantuan MalaikatRaheem Salami, Patah Hati Jelang Menit Akhir Menatap DuniaSurat Kekasih Raheem untuk Jokowi Dirampas Polisi (agk)