Jakarta, CNN Indonesia -- "Tolong kami, kapal kami terbakar, semua harta benda ludes, semua anak buah kapal (ABK) loncat ke laut untuk menyelamatkan diri dari si jago merah yang sangat meraja di tengah perairan Angola, Afrika" ujar Arlan Mobilingo salah satu korban yang mengadu ke Serikat Pekerja Indonesia Luar Negeri (SPILN) via telepon beberapa hari setelah kejadian, Rabu (20/515).
Sebagaimana rilis yang diterima CNN Indonesia dari SPILN, musibah kembali menimpa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sektor laut/pelaut di perairan Luanda, Angola. Sebanyak 5 ABK asal Indonesia, Arlan Mobilingo, Danto, Wage, Supardi dan Teguh Imam Santoso serempak kaget saat tiba-tiba ada api yang menyala dari bawah kamar mesin kapal mereka MV LUANDA 1. Api kian membesar dan tidak bisa dipadamkan. Tanpa pikir panjang mereka langsung loncat ke laut agar nyawanya selamat. “Setelah kami loncat terjadilah ledakan hebat, " ujarnya.
Arlan menjelaskan, bahwa selain 5 ABK asal Indonesia termasuk dirinya, masih ada yang lainnya, yakni 2 ABK asal China, 1 ABK asal Korea dan 3 ABK asal Vietnam. Semua ABK selamat, namun harta benda semua habis terbakar. Mulai dokumen paspor, buku pelaut, perjanjian kerja hingga pakaian semua ludes tak tersisa. Akibat kejadian tersebut, Arlan dan kawan-kawan minta dipulangkan ke tanah air karena sangat shock dan trauma yang begitu mendalam atas tragedi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ironisnya, kata Arlan, sejak kejadian tersebut pada Sabtu sore (16/5) waktu Angola, hingga saat ini pemilik perusahaan atau kapal sama sekali belum mendatangi meraka yang kini ditampung di kapal MV. SETA yang berjarak sekitar satu mil dari daratan.
Para ABK ini mengaku berangkat ke luar negeri melalui PT. Panca Karsa, PT. Marindo, PT. I.M.S dan PT. K.C.M. Danto dan Wage masa kerjanya sudah 22 bulan lebih, Supardi sudah 18 bulan dan sedangkan Arlan dan Teguh baru 7 bulan. Sementara nama perusahaan atau pemilik kapal di Angola itu adalah PT. Inter Burgo
Harapan dari para ABK, lanjut Arlan, Pemerintah Indonesia melaui perwakilan pemerintah di Angola bisa mendesak perusahaan INTER BURGO untuk segera datang ke atas kapal di mana mereka ditampung, juga secepatnya bisa memulangkan mereka ke tanah air. Keluarga para ABK di Indonesia sudah sangat khawatir dan menginginkan mereka untuk dipulangkan.
Satuan Tugas SPILN Bambang Suherman mengatakan akan mengirim surat atau notifikasi kepada Kementerian Luar Negeri agar permasalahan tersebut dapat segera diatasi sambil menunggu keluarga korban datang ke Jakarta untuk mengadukan permasalahan tersebut secara langsung. “Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Namibia, Angola harus cepat mendatangi tempat kejadian perkara. Kondisi para ABK mengalami trauma yang berat akibat tragedi tersebut” ujar Bambang.
(hel)