Jakarta, CNN Indonesia -- Sederhana dan tak banyak bicara. Dua sifat itu digambarkan sebagai karakter Presiden kedua Republik Indonesia Soeharto. Bagi pengawal pribadi Soeharto, Letnan Kolonel (Purnawirawan) TNI I Gusti Nyoman Suweden, kesederhanaan bosnya itu jelas terlihat dari menu favorit yang dikonsumsi setiap hari.
"Kebiasaannya beliau seneng tempe, tahu pakai bumbu santan yang berkuah, sayur lodeh," kata Suweden saat berbincang dengan CNN Indonesia di ruang kerjanya, Lantai 3 Gedung Granadi, Jakarta, Kamis (21/5).
Soeharto juga tidak pernah sengaja meminta lauk pauk khusus untuk menu makanan setiap hari. Yang terhidang di meja yang akan dia santap. Sementara untuk mengawali hari, sang bos yang lahir di Desa Kemusuk, 8 Juni 1921 itu suka menyeruput kopi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Minum air juga kebanyakan air putih. Setiap pagi memang selalu ada kopi," ujar Suweden.
(Baca:
Soeharto Sampai Mati Tak Mau Bertemu Habibie)
Ada yang menarik setiap kali Suweden makan bersama sang bos di rumah Cendana. Dia sungkan untuk makan dengan porsi besar lantaran Sang Jenderal Besar itu lebih sering makan sedikit, tak sampai satu sendok nasi penuh. "Cuma separo sendok nasi. Saya juga jadi sedikit makannya, enggak enak karena beliau makan sedikit," tuturnya.
Melihat pengawal pribadinya hanya menyendok secuil makanan, Soeharto bertanya, "Kamu enggak tambah Den?"
"Siap, tidak Pak," Suweden menjawab cepat.
(Baca:
Malam Jelang Kejatuhan Soeharto, Pegawai Istana Terkurung)
Saat Soeharto mulai diserang sakit, porsi makan Bapak Pembangunan itu semakin sedikit. Pada meja makan yang berputar di depannya, Soeharto hanya meminta disuguhkan beberapa sendok makan nasi. "Pak Harto juga suka makan berkuah seperti tetelan yang digodok. Enggak ada yang istimewa, semua sederhana saja," tuturnya.
Sisi kehidupan Soeharto memang selalu menyisakan banyak cerita. Hiruk pikuk politik dan tekanan ekonomi yang mengiringi akhir kekuasaan Soeharto telah menorehkan catatan sejarah penting dalam kehidupan bangsa ini. Setiap jengkal kisah Soeharto seperti magnet yang menarik perhatian publik.
(rdk)