LIPUTAN KHUSUS

Malam Jelang Kejatuhan Soeharto, Pegawai Istana Terkurung

Noor Aspasia Hasibuan | CNN Indonesia
Kamis, 21 Mei 2015 15:51 WIB
Situasi di luar Istana Negara tak kondusif karena banyaknya massa yang datang. Para pegawai baru bisa pulang pukul 03.00 WIB dini hari.
Presiden RI kedua, Soeharto. (Dok. Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Suasana mencekam DKI Jakarta jelang Soeharto lengser turut dirasakan oleh para pegawai Istana Negara. Perasaan takut dan khawatir pada kondisi keluarga di rumah bercampur aduk.

Bekas selah seorang staf Sekretariat Negara Supriyanto menuturkan, siang jelang kejatuhan Soeharto suasana kompleks Istana memang kondusif. Namun saat sore hari, berangsur-angsur massa mulai mengepung Istana Negara.

"Saat itu aktivitas kerja berjalan normal namun saat semakin sore suasana di luar Istana semakin parah," kata Supriyanto kepada CNN Indonesia, Jakarta, Kamis (21/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penjagaan Istana oleh militer pun ditambah untuk mengimbangi jumlah massa yang terus berdatangan. Bukan hanya Pasukan Pengamanan Presiden yang berjaga, personel Komando Pasukan Khusus juga mulai dikerahkan menjaga Istana.

Para staf pun bingung karena saat itu sudah waktunya pulang kerja. Namun pukul 16.00 WIB belum ada tanda-tanda para pegawai diperbolehkan pulang. Massa di luar Istana juga belum membubarkan diri. (Simak FOKUS: Mengingat Kembali Reformasi)

Selama bertahan di Istana, Supri bingung harus berbuat apa. Dengan kondisi perut kosong, Supri juga khawatir dengan keluarganya di rumah. Dalam tayangan televisi ia melihat banyak laporan kerusuhan dan penjarahan di mana-mana.

Bertahan di Istana, Supri sempat mengalami sakit perut hebat. Pasalnya ia punya riwayat sakit lambung dan belum makan sejak sore. Saat mengeluh lapar, ia diberi sereal instan oleh seorang prajurit Kopassus. "Saat itu lambung saya lebih baik," katanya.

Bertahan di Istana, para pegawai akhirnya baru bisa pulang dini hari.

Seperti di Medan Perang

Jarum jam menunjukkan pukul 03.00 WIB, akhirnya seluruh staf Istana Negara diperbolehkan pulang menggunakan bus khusus pegawai. Sepanjang perjalanan terlihat banyak mobil terbakar. Beberapa di antaranya masih mengeluarkan asap.

"Saya ingat sekali, bus yang kami kendarai harus berjalan secara zig-zag karena banyak benda-benda terbakar itu," katanya. Ia menggambarkan pemandaangan saat itu seperti sisa-sisa medan perang di film-film.

Esok harinya, setelah Soeharto menyatakan mundur, pegawai Istana diliburkan hingga situasi kondusif. (Baca juga: Ucapan Yusril dan Prabowo ke Amien Rais Jelang Soeharto Jatuh)

Jika Supriyanto masih sempat pulang meski pada pukul 03.00 WIB dini hari, tidak dengan para pegawai Istana Wakil Presiden. Menurut salah satu pegawai bernama Sumadi, pagi hari situasi kondusif karena tidak ada yang berunjuk rasa di depan Istana Wakil Presiden.

"Pada hari itu, Pak Harto sedang di luar negeri, jadi Pak Habibie saat itu tidak ada di Istana Wapres," kata Sumadi di Jakarta.

Sejak pagi para pegawai beraktivitas normal. Namun saat menjelang petang, situasi memanas. Dari televisi diketahui ada pembakaran dan penjarahan di mana-mana.

Kondisi ini memaksa para pegawai harus bermalam di Istana Wakil Presiden. "Banyak sekali yang menginap di kantor," ujarnya. (Baca juga Kompleks DPR: Tempat Paling Aman Jelang Soeharto Jatuh)

Namun Sumadi tetap nekat pulang. Ia khawatir dengan kondisi keluarganya di rumah. Melintasi jalan-jalan alternatif, Sumadi pulang ke rumahnya di Tangerang. "Saya lewat jalan-jalan tikus sampai Tangerang, jalanan sepi sekali," katanya.

Sementara pegawai yang menginap di Istana Wakil Presiden melanjutkan aktivitas kerjanya keesokan harinya. (Baca: Suasana Genting di Cendana Malam Jelang Kejatuhan Soeharto) (sur)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER