Mama Regina dan Kehidupan Anak Telantar di Penampungan

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Jumat, 22 Mei 2015 08:09 WIB
Satu hal yang paling ditakuti oleh Mama Regina, perempuan asal Flores, adalah ketika tiba saatnya mengungkapkan orang tua kandung kepada anak-anak asuhnya.
Seorang anak duduk di bagian teras salah satu rumah aman di SOS Children's Village, Cibubur, Jakarta Timur. Setiap rumah aman bisa menampung hingga 10 anak. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Jakarta, CNN Indonesia -- Regina, seorang perempuan berusia 49 tahun asal Flores Nusa Tenggara Timur, tersenyum hangat saat menyambut kedatangan CNN Indonesia di kawasan SOS Children's Village Karya Bhakti Ria Pembangunan di Cibubur, Jakarta Timur.

Melihat ada tamu, perempuan asal timur Indonesia itu menghentikan kegiatannya menyapu sampah dedaunan di pelataran rumahnya. Tak lama, Regina bercerita.

"Saya di sini asisten. Ibu asuhnya sedang ada pelatihan," ujar perempuan yang akrab disapa Mama Regina ini kepada CNN Indonesia. Di SOS Children's Village ini Mama Regina mengasuh tujuh anak. (Baca Juga: SOS Children Village: Rumah Aman Berpola Asuh bak Keluarga)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu ruang tamu rumah asuh di SOS Children's Village di Cibubur, Jakarta Timur. Tempat ini adalah rumah aman bagi anak-anak yang ditelantarkan orang tuanya. (CNN Indonesia/ Tri Wahyuni)
SOS Children Village Karya Bhakti Ria Pembangunan merupakan sebuah yayasan yang menampung anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Di SOS Children, anak-anak yatim piatu mendapatkan keluarga dan rumah yang penuh dengan kasih sayang layaknya keluarga normal. 

Nama SOS Children's Village mencuat karena dijadikan rumah aman bagi kelima anak korban penelantaran orang tua yang ditangani Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Regina bercerita dia bekerja di SOS Children's Village Jakarta setelah diajak oleh saudaranya di Dinas Sosial, Flores.

Di SOS Children's Village Jakarta, Mama Regina tinggal bersama tujuh orang anak dari latar belakang yang berbeda-beda. Namun, beberapa diantaranya merupakan saudara kandung.

"Dari ketujuh anak itu, ada anak yang datang dari dua keluarga kandung, jadi mereka masih memiliki saudara kandung di sini," kata Mama Regina menjelaskan.

Walaupun memiliki latar belakang keluarga yang berbeda, ketujuh anak itu beserta sang ibu asuh, hidup rukun seperti layaknya keluarga normal.

"Ayo cepat mandi. Kan, mau sekolah," kata Mama Regina kepada dua anaknya yang sudah selesai membersihkan halaman. Kedua anak lelaki tersebut menuju kamar mandi.

Tak lama kemudian, tiga anak lain yang masih dalam asuhannya masuk ke dalam rumah. Mama Regina meminta ketiganya menyapa CNN Indonesia sebelum akhirnya pergi lagi bermain di luar. Hari ini ketiga anak yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD) itu libur lantaran siswa kelas 6 sedang menjalankan ujian.

Sementara itu, anak Mama Regina lainnya yang sudah remaja, tak tampak karena masih tidur. "Dia orangnya agak susah. Saya terserah dia saja. Yang penting dia nyaman," ujar Mama Regina.

Anak sulung ini memang dinilai Mama Regina merupakan pribadi tertutup. Ia jarang sekali mengungkapkan apa yang ia rasakan. Deni lebih banyak diam. Meski demikian, lelaki muda itu tetap sayang kepada adik-adik angkatnya. (Lihat Juga:LPSK Sesalkan Safe House Anak Korban Penelantaran Tak Steril)

"Dia baik, sayang sama adik-adiknya. Kalau ada pakaian adiknya numpuk, dia cuciin. Kami mencucinya pakai mesin cuci jadi dia yang cuci. Kalau air minum habis, dia juga rebus air buat minum," kata Mama Regina.

Mama Regina bersama dengan anak-anak asuhnya di rumah SOS Children's Village, Cibubur, Jakarta Timur. (CNN Indonesia/ Tri Wahyuni)
Di tengah percakapan, tiba-tiba seorang anak bertubuh gempal muncul. Itulah si bungsu yang sudah berbalut baju seragam muncul dari balik pintu. "Mama, bekal aku apa hari ini," tanya anak kepada Regina. Tanpa pikir panjang Regina pun langsung beranjak dan menyiapkan kotak makanan untuk sang anak.

"Kalian mau bekal apa? Nasi atau biskuit?" Mama Regina bertanya kepada keduanya.

"Saya mau biskuit," ujarnya yang disetujui rekannya.

Setelah memasukkan bekal ke dalam kotak makan, Mama Regina pun menaruhnya dalam tas anak-anaknya. Tak tampak sedikitpun kecanggungan di wajah mereka semua melakukan rutinitas harian keluarga tersebut.

"Ma, kaus kakiku ke mana,ya?" tanya seorang anak kepada Mama Regina. Tak lama, anak lain datang dan membawakan kaus kaki Joel. Diapun membantu memasangkan kaus kaki itu ke kaki kawan kecilnya itu. Ia kemudian mengantarkan kedua 'adik'nya itu ke sekolah.

Duka diantara Kepolosan

Dari wajah-wajah polos khas anak-anak yang menggemaskan, siapa yang pernah menyangka kalau masa lalu mereka ternyata menyedihkan.

si anak bungsu yang tadi bertubuh gempal, perutnya gendut, kulitnya putih, dengan rambut hitam bergaya cepak, penampilannya begitu menggemaskan ternyata punya kisahnya sendiri. Mama Regina bercerita, si bungsu masuk ke SOS Children's Village saat ia masih bayi. 

Suasana di luar salah satu rumah aman di SOS Children's Village di Cibubur, Jakarta Timur. (CNN Indonesia/ Tri Wahyuni)
Walaupun diasuh dan dibesarkan oleh ibu asuh namun si anak mengetahuinya dan masih mengakui siapa ibunya. "Mamanya pernah datang ke sini, terus dia bilang, 'Mamaku ada dua'," kata Mama Regina bercerita. (Baca Juga: Penelantar Anak Terancam Dijerat Pasal Berlapis)

Cerita lain lantas soal dua anak lainnya. Keduanya berada di SOS Children's Village karena faktor ekonomi. "Orang tuanya petani. Mungkin buat makan minum cukup tapi buat yang lainnya enggak. Hidup di luar Pulau Jawa mahal sekali," kata Mama Regina. Mereka berasal dari Sumatera.

Namun, orang tua mereka sesekali datang mengunjungi. Paling tidak, Robert dan Nelson tahu kalau mereka masih punya orang tua dan saudara kandung.

"Kalau ditanya masih punya orang tua atau tidak, mereka jawab masih. Ditanya berapa bersaudara, mereka juga menjawab tiga. Mereka tidak melupakan keluarganya," kata Regina.

Sayangnya, tak semua anak di SOS Children's Village masih mempunyai orang tua seperti Joel, Robert dan Nelson. Bahkan banyak di antara mereka yang tidak tahu di mana orang tuanya berada pun asal mereka.

"Yang suka bikin sedih itu kalau ada yang tanya 'Kenapa saya di sini?' atau 'Apakah saya dibuang?'" kata Mama Regina menirukan pertanyaan anak-anak di SOS Children's Village.

Itu adalah pertanyaan yang sejujurnya paling ditakuti oleh para ibu asuh, termasuk Regina. Pertanyaan itu terlontar dari bibir mereka ketika usia mereka bertambah. "Biasanya yang sudah kelas 5 atau 6 yang mulai cari orang tuanya," ujar Mama Regina.

Meski terkadang gugup saat mendapat pertanyaan tersebut, Mama Regina beserta ibu asuh lainnya sudah diwanti-wanti oleh pihak yayasan agar apapun yang mereka jawab nantinya tidak akan menyakiti perasaan anak-anak itu. Walaupun pada akhirnya nanti mereka harus tahu yang sebenarnya.

"Itu harus kami kasih tahu. Tapi harus hati-hati, dilihat kesiapan anaknya juga," katanya. (utd)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER