Kisah Ridwan Anak yang Terperangkap dalam Dunia Jalanan

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Senin, 01 Jun 2015 20:52 WIB
Ridwan, mantan anak jalanan, kini aktif di organisasi Youth Advisory Panel dan mewakili Indonesia ke Bangkok terkait forum anak.
Ilustrasi anak. (Thinkstock/Arvydas Kniuk)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mencari nafkah di usia sepuluh tahun bukanlah keinginan Muhamad Ridwan (15). Namun, hal tersebut harus dijalani oleh anak keenam dari sembilan bersaudara tersebut karena alasan masalah ekonomi.

"Saya terpaksa berhenti sekolah dan bekerja sebagai pedagang jajanan di Cirebon ketika masih sepuluh tahun," kata Ridwan kepada CNN Indonesia saat ditemui di Gedung Kementerian Ketenagakerjaan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (1/6). (Lihat Juga: Kemenaker Sebut 400 Ribu Anak Bekerja di Lingkungan Buruk)

Selama enam bulan lamanya, Ridwan hidup berdagang jajanan dengan berkeliling dari kampung ke kampung. Karena hidup tidak juga membaik, ia dan keluarga akhirnya memutuskan kembali mencoba peruntungan ke Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanpa pendidikan dan usia di bawah angka ideal, Ridwan kesulitan mendapatkan pekerjaan. Alhasil, ia terperangkap dalam dunia jalanan, di mana ia akhirnya mengamen di ibukota, berharap bisa membeli sesuap nasi dari pekerjaannya tersebut. (Lihat Juga: Kemenaker: Pekerja Anak di Desa Lebih Banyak dari di Kota)

"Hidup di jalanan benar-benar berbahaya bagi anak-anak. Kami mengalami berbagai risiko, mulai dari bahaya tertabrak kendaraan yang lalu lalang, pelecehan seksual dan seks bebas, dikejar satpol PP, jeratan narkotika, hingga kekerasan secara fisik," kata Ridwan mengenang.

Ia bercerita ada semacam senioritas di kalangan anak jalanan. Para senior tersebut, ungkap Ridwan, kerap mengajarkan hal-hal negatif, seperti menawarkan narkotika.

"Mereka suka memaksa kami melakukan hal itu. Belum lagi, hasil mengamen juga suka dirampas," katanya.

Tidak tahan, enam bulan kemudian, Ridwan akhirnya menerima tawaran sebuah organisasi nonprofit yang bergerak di bidang pendidikan anak untuk kembali belajar dan sekolah. (Baca Juga: Menteri Hanif Minta Pemda Ikut Hapuskan Pekerja Anak)

Ia pun berhenti mengamen dan fokus sekolah. Kebetulan, kondisi ekonomi keluarga tengah membaik saat itu, sehingga Ridwan akhirnya mau menerima tawaran itu.

"Dengan bantuan lembaga tersebut, sekarang saya bisa sekolah. Dan bahkan, saya aktif berorganisasi hingga kini," kata siswa kelas I Sekolah Menengah Pertama 243 Jakarta Timur tersebut.

Selain aktif di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Ridwan juga aktif di organisasi Youth Advisory Panel dan pernah mewakili Indonesia untuk berangkat ke Bangkok, Thailand terkait dengan forum anak.  "Saya mau buktikan bahwa anak jalanan juga bisa berguna," katanya.

Lebih lanjut, ia berpendapat anak jalanan kerap menolak bantuan LSM untuk disekolahkan lagi karena banyak LSM yang tidak memberikan pelayanan yang layak.

"Ada LSM yang menawarkan rumah singgah tetapi ternyata rumahnya sangat kotor dan makanannya tidak layak. Makanya banyak yang memilih tetap di jalan," katanya.

Namun, kata Ridwan, masalah anak jalanan bukanlah tanggung jawab LSM. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dijelaskan bahwa anak-anak terlantar adalah tanggung jawab pemerintah. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER