Jakarta, CNN Indonesia -- Kesuksesan besar aparat Kepolisian Resor Jakarta Barat menangkap bandar kakap narkoba jenis sabu membuahkan penemuan soal modus baru peredaran barang haram itu.
Kepala Polres Jakarta Barat Komisaris Besar Pol Ruddy Hariyanto mengatakan para pelaku yang diduga kuat merupakan bagian dari sindikat narkoba internasional dalam melakukan aksinya menggunakan modus yang terbilang baru.
“Narkotika yang kami sita sebanyak 28 kilogram itu masuknya dari China melalui kargo yang dikemas bersama teko-teko listrik,” ujar Ruddy kepada CNN Indonesia, Rabu (3/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih rinci Ruddy menjelaskan, sabu tersebut disisipkan di bawah rangkaian kabel teko listrik. “Jadi di setiap teko listrik ditaruh sabu seberat 1 ons,” tutur Ruddy yang memimpin sendiri penangkapan besar itu.
Ruddy menyatakan, sindikat internasional dalam mengedarkan narkoba selalu mencari modus-modus baru agar bisa lolos membawa masuk narkoba ke suatu negara, termasuk Indonesia. “Modus sebelumnya kan narkoba dikemas dalam produk bohlam,” kata dia.
Ruddy menjelaskan, polisi selain menyita sabu sebanyak 28 kilogram senilai Rp 48 miliar dan meringkus bandarnya, juga berhasil menangkap lima pemuda yang di antaranya diduga sebagai kaki tangan bandarnya.
Polisi, Ruddy meneruskan, saat ini juga tengah memburu pemasok utama sabu yang merupakan warga negara Nigeria berinisial P. “Kami masih terus mendalami kasus ini dan memburu pelaku lainnya,” ucap Ruddy tegas.
Terbongkarnya kasus besar sabu di tengah genderang perang pemerintah Indonesia terhadap narkoba yang melibatkan ibu rumah tangga dan seorang anak di bawah umur ini berawal dari ditangkapnya lima pemuda di Puri Kembangan, Jakarta Barat, dan Mayestik, Jakarta Selatan. Dari situ lantas didapat satu nama bandar besar sabu berinisial LIT yang merupakan seorang ibu rumah tangga.
Di tempat tinggal bandar di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan, polisi menemukan 23 kilogram sabu dan sebelumnya menyita 5 kilogram dari kelima pemuda.
(obs)