Jakarta, CNN Indonesia -- Penunjukan Sutiyoso sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) oleh Presiden Jokowi dinilai sarat dengan kepentingan politik. Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar menyatakan pemilihan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut sebagai politik balas budi.
"Sutiyoso sudah tidak layak. Bagaimana kapasitas intelijen dia? Banyak kasus persoalan dengan BIN seperti kasus pembunuhan Munir (aktivis HAM) dan kasus pelanggaran HAM lain masa lalu," kata Haris di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Rabu (10/6).
Selain itu, sejumlah catatan rekam jejak Sutiyoso menjadi nilai minus seperti kasus Peristiwa Kudatuli (Kerusuhan 27 Juli 1993). Saat itu, Sutiyoso menjabat sebagai Panglima Kodam Jaya. "Dia orang yang diduga tahu peristiwa 27 juli. Dia pernah juga jadi gubernur, dimana banyak kasus penggusuran dan alih lahan yang menyebabkan banjir dan hilangnya hak warga kota Jakarta. Jadi kredibilitasnya dipertanyakan," ucap Haris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu usia Sutiyoso yang tak lagi muda serta minimnya dukungan dari partai politik menambah alasan tak laiknya Sutiyoso jadi pimpinan intelejen.
Haris menilai ada nama lain yang lebih pantas untuk jadi Kepala BIN. Misalnya mantan Kepala Badan Intelejen Strategis TNI Angkatan Laut Sulaiman Pontoh dan politisi PDI Perjuangan TB Hasanudin yang juga pernah menjadi Sekretaris Militer Presiden.
"TB Hasanudin pandangannya progresif. Apalagi dia dari PDIP," katanya.
Sementara itu Sutiyoso mengatakan dirinya siap mengemban tugas dari Presiden memimpin BIN. Soal kemapuan intelejennya, Sutiyoso menyatakan bahwa Presiden tahu persis rekam jejaknya. "
Saya intel di Koppasus. Jadi di Koppasus ada Sandhi Yudha, saya lama di situ. Beliau pasti baca CV (curriculum vitae) saya," katanya. (Baca juga: Bang Yos: Jokowi Tahu Pengalaman Intelijen Saya)
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengirim surat untuk meminta pertimbangan DPR atas pencalonan Sutiyoso menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) menggantikan Letjen TNI (Purn) Marciano Norman.
Jokowi menilai Sutiyoso memiliki rekam jejak baik dalam bidang ketentaraan, intelejen dan sipil. "Akan sangat membantu penugasan barunya sebagai Kepala BIN, terutama dalam deteksi dini adanya ancaman terhadap stabilitas keamanan," ujar Tim Komunikasi Presiden Jokowi, Teten Masduki melalui pesan resminya.
(sur)