Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo mengungkapkan catatan perjalanan bangsa dan hubungannya dengan kepedulian para ulama pada persoalan kebangsaan. Menurutnya, dalam sambutan Presiden dalam acara Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama dan Istighosah menyambut Ramadan 1436 H di Jakarta, hari ini, peran Ulama
Ahlussunnah wal Jama’ah dalam pergulatan kebangsaan dan perannya di dunia internasional, sudah dibuktikan jauh sebelum organisasi Nahdlatul Ulama lahir pada 1926.
Menurut Jokowi, di berbagai tempat di Indonesia, bendera merah putih sudah dikibarkan jauh-jauh hari sebelum proklamasi kemerdekaan, di masjid-masjid maupun di pesantren. Paham kebangsaan di kalangan ulama tumbuh bersama-sama komponen bangsa lain yang juga mengusung cita-cita yang sama.
“Kesadaran tentang kewajiban membela tanah air sangat kuat tertanam di hati seluruh bangsa, sebagai konsekuensi keimanan kepada Allah SWT. Hubbul wathon minal iman, mencintai tanah air adalah bagian keimanan kita,” kata Presiden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden lantas menyebut kisah perjumpaan para pendiri Nahdlatul Ulama, khususnya Kiai Haji Hasyim Asy’ari dan Kiai Haji Wahab Hasbullah dengan Bung Karno yang terjalin erat. Di antara mereka tidak ada perbedaan prinsipil di dalam memandang masalah-masalah kebangsaan.
Ketika Bung Karno menyampaikan dasar-dasar negara di hadapan sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 1 Juni 1945, yang disebut dengan Pancasila, para ulama Nahdlatul Ulama menerima apa yang digagas Bung Karno. Dalam mengisi kemerdekaan, para ulama Nahdlatul Ulama juga sangat berperan dalam memberi corak rumusan akhir Pancasila.
Presiden bahkan mengaku sangat terinspirasi dengan para ulama Nahdlatul Ulama yang mampu menyelaraskan nilai-nilai keislaman yang universal menjadi Islam yang membumi dan menyatu dalam budaya Nusantara. Sehingga yang mewujud adalah Islam Nusantara, bukan Islam di Nusantara.
Islam Indonesia, bukan Islam di Indonesia. “Ini adalah sumbangan otentik yang nyata para Ulama Nahdlatul Ulama. Semangat ini harus terus dikembangkan di masa yang akan datang,” ujar Presiden.
Presiden berharap para ulama Nahdlatul Ulama melanjutkan kembali jejak sejarahnya, mengambil bagian dalam menjawab tantangan bersama, dan menempatkan Nahdlatul Ulama menjadi bagian penting dari tiang penyangga Republik Indonesia berdasarkan Pancasila.
Bersama dengan berbagai elemen bangsa yang lain, Nahdlatul Ulama bisa menjadi contoh bagaimana membangun masyarakat yang damai dan rukun dalam keragaman, sehingga bangsa ini bisa menjawab tantangan kebangsaannya dalam semangat persatuan Indonesia dan gotong-royong.
Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama yang dibuka hari ini merupakan rangkaian dari Muktamar ke 33 Nahdlatul Ulama pada awal Agustus mendatang di Jombang, Jawa Timur.
(sip)