Jakarta, CNN Indonesia -- Jika biasanya kegiatan pulang ke kampung halaman atau berpergian ke luar kota merupakan hal yang menyenangkan bagi kebanyakan orang, ternyata hal tersebut tidak sama menyenangkannya bagi penyandang disabilitas. Apalagi jika mereka berpergian menggunakan transportasi umum.
Meski di beberapa ruang publik atau fasilitas umum kebutuhan untuk penyandang disabilitas sudah diperhatikan, ternyata hal itu tidak ditemukan di dalam moda transportasi.
Seperti yang diungkapkan oleh Faisal Rusdi, warga Jakarta yang harus menggunakan kursi roda kemanapun dia pergi karena lumpuh kaki. Baginya, pergi ke luar kota selalu menjadi pengalaman yang menakutkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengalaman saya dari Jakarta ke Bandung naik kereta api, karena tidak ada toilet aksesibel, sebelum naik harus ke kamar mandi dan tidak minum selama perjalanan," kata Faisal saat ditemui di Gedung Kementerian Sosial, Kamis (18/6).
Tak hanya perkara minum, Faisal pun mengaku tidak bisa menikmati perjalanan karena tidak bisa mengisi perutnya dengan makanan.
"Jadi saya menyiksa diri saya sendiri. Itu baru perjalanan tiga jam. Bayangkan kalau dari Jakarta ke Surabaya berapa jam saya harus tidak minum?" ujarnya.
Bukan hanya pada saat melakukan perjalan jauh, Faisal mengaku, untuk kegiatannya sehari-hari saja terkadang ia kerap merasa tidak nyaman. Dia menyebut, beberapa jembatan penyebrangan orang yang tidak memiliki ram membuat dia kerap kesulitan.
"Misalnya kami coba naik Transjakarta. Kalau tidak ada ram-nya kita harus naik turun tangga," kata Faisal.
Begitupun pada saat dia ingin menggunakan Commuter Line. Beberapa stasiun, seperti Cikini, tidak memiliki lift yang bisa diakses yang membuat dia kesulitan jika harus menggunakan tangga menuju peron.
"Di beberapa stasiun seperti Cikini, kami harus naik tangga yang sangat tinggi karena tidak ada lift," ujarnya.
Tak hanya kesulitan akses, penyandang disabilitas lainnya seperti tunarungu juga merasa kebutuhannya belum diperhatikan oleh pemerintah. Informasi di moda transportasi yang hanya menggunakan suara, sudah pasti menyulitkan mereka.
"Kalau naik Transjakarta buat teman-teman tuli, mereka tidak mendengar karena belum tersedia teks berjalan. Jadi tidak tahu sudah sampai dimana," kata Faisal. "Di kereta juga begitu. Yang tuli suka tidak tahu sudah sampai mana karena tidak ada teks berjalan."
Membangun Kepekaan Lewat KeterbatasanTidak hanya fasilitas transportasi umum yang tidak ramah, para penyandang disabilitas juga kerap kali berhadapan dengan masyarakat dan petugas pelayanan kerap terasa belum siap menerima kehadiran mereka.
Faisal menilai masih banyak masyarakat dan petugas yang belum peka bahwa penyandang disabilitas membutuhkan bantuan mereka.
Kendati demikian, mereka ternyata tidak putus asa untuk menggunakan transportasi umum. Sejak Maret 2012, Faisal dan ketiga rekannya membut kegiatan yang dinamakan 'Jakarta Barrier free Tourism'.
Awalnya kegiatan tersebut dilakukan lantaran Faisal dan teman-teman disabilitas lainnya ingin melepas kejenuhan di akhir pekan, seperti yang dilakukan oleh masyarakat lainnya.
"Kami dan teman-teman disabilitas lainnya berwisata bersama dan menggunakan angkutan umum, walapun itu sangat tidak accessible buat penyandang disabilitas," ujar Faisal.
Namun, seiring berjalannya waktu, kegiatan ini tak hanya sekadar menyegarkan pikiran, tapi juga memberikan manfaat yang lebih besar lagi untuk mereka.
Dengan kegiatan itu mereka merasa telah mulai membangun kesadaran orang-orang di sekitar tentang bagaimana memperlakukan penyandang disabilitas di transportasi umum.
"Awalnya petugas pelayanan juga kurang peka terhadap kondisi ini, tapi selama berjalannya waktu akhirnya kita pihak kereta Commuter Line dan Transjakarta sudah mulai ada pelatihan tentang bagaimana melayani teman-teman disabilitas," jelasnya.
Kegiatan yang rutin dilakukan setiap satu bulan sekali ini pun akhirnya benar-benar dijadikan Faisal dan teman-temannya untuk mengubah kondisi transportasi umum di Indonesia. Walau berjalan dengan pelan.
"Ini waktunya kami mengedukasi kepada masyarakat dan penyedia layanan untuk menyediakan fasilitas yang ramah disabilitas," ujar Faisal.