LIPUTAN KHUSUS ULTAH JAKARTA

Jilakeng, Benih Pelacuran di Jantung Batavia

Tim CNN Indonesia | CNN Indonesia
Senin, 22 Jun 2015 08:05 WIB
Dulu orang-orang Batavia lebih mengenalnya dengan Jilakeng untuk Jalan Perniagaan Barat. Disini, benih bisnis pelacuran Batavia bermula.
Bangunan bekas toko Obat Lay An Tong, di Jalan Perniagaan, Jakarta, Rabu, 10 Juni 2015. CNN Indonesia/Adhi Wicaksono.
Jakarta, CNN Indonesia -- Lokasinya jauh dari kesan glamor. Setiap hari jalan di pinggir sebuah sungai kotor ini macet, bahkan lalu lintas cenderung berhenti. Penyebabnya adalah banyaknya mobil pengangkut barang dagangan di toko yang ada di sepanjang jalan itu.

Namanya sekarang Jalan Perniagaan Barat. Namun dulu orang-orang Batavia lebih mengenalnya dengan Jilakeng. Panjang jalannya kurang dari 1 kilometer. Di satu sisi, sungai sekaligus saluran pembuangan air memanjang dan di sisi lain toko-toko berdiri memanfaatkan bangunan tua sisa-sisa peninggalan masa dulu.

Beberapa bangunan masih memertahankan gaya arsitektur Tionghoa. Namun lebih banyak yang memugar yang menggantinya dengan gaya arsiktur masa kini. (Baca: Cerita Soal Jakarta yang Menolak Tua)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu bangunan yang masih mempertahankan gaya kuno terletak di ujung jalan tersebut. Tepat berada di sudut antara Jalan Perniagaan Barat dan Jalan Perniagaan Raya.

Bangunan ini beberapa tahun lalu dipakai untuk menjual obat-obatan tradisional China. Nama toko obat tersebut masih terlihat jelas meski sudah ditimpa oleh cat.

Sekarang bangunan tersebut dipakai untuk berjualan perlengkapan menjahit dan mesin jahit listrik. Padahal di bangunan ini, pada pertengahan tahun 1800-an, cikal bakal praktik dan bisnis prostitusi di ibu kota ada, dari kawasan Jilakeng tak jauh dari Pasar Pagi Asemka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.

Menurut sejarawan Asep Kambali, di gedung pojok itulah dulu para pejabat Belanda dan Tionghoa bersenang-senang menghabiskan malam. “Mereka berdansa dan ada wanita yang bisa melayani mereka,” kata Asep kepada CNN Indonesia. Para wanita penghibur yang didatangkan berasal dari Tionghoa.

Di gedung inilah praktik pelacuran di Jakarta pertama kali ada. Jika saat ini, tempat tersebut seperti klub malam atau diskotek di mana kaum berduit biasa dugem. Namun di tempat ini pengunjung dari kelas atas bangsa Eropa dan Tionghoa juga bisa menyalurkan hasrat biologisnya selain berdansa. (Baca: Napak Tilas Bisnis Pelacuran Jakarta )

Jilakeng menurut Asep merupakan kawasan hiburan terbesar saat itu. "Begitu besarnya sehingga sangat terkenal," ujar Asep.

Menurutnya kawasan Jilakeng bisa disebut sebagai kawasan pelacuran pertama di ibu kota. Pasalnya di kawasan ini bisnis lendir mulai dikelola. "Ada struktur pelindungnya dan penyelenggaranya adalah swasta," kata Asep. Pengelola kawasan tersebut adalah warga Tionghoa yang saat ini manjadi warga kelas dua setelah bangsa Eropa.
Ilustrasi Prostitusi. (Benjamin Haas)

Berdansa, bercinta hingga mengonsumsi opium adalah kegiatan di Ji Lak Keng. Maklum saat itu opium menurut Asep masih jadi barang legal kala itu. Penggunaan opium ini masih marak hingga akhir tahun 1900-an.

Kawasan hiburan dengan para pelacur di dalamnya memang dirasa perlu saat itu. Pasalnya pada pertengahan abad 19 praktik perbudakan mulai ditentang. Para pejabat berduit mulai enggan menggunakan gundik atau budak untuk teman tidur mereka. Apalagi dengan memelihara gundik atau budak, ada masalah lain yang bakal timbul yakni lahirnya anak-anak mereka dari budak atau gundik mereka.

Apabila sebelumnya para pejabat Belanda dan Tionghoa bebas menyalurkan hasrat seksualnya pada beberapa gundiknya, setelah perbudakan dihapuskan isteri hanya satu-satunya pelampiasan.

Jilakeng menjadi semacam oase bagi mereka yang sebelumnya terbiasa bercinta dengan wanita-wanita lain, selain dengan isterinya sendiri.

Jika Jilakeng kemudian tidak dikenal, Asep menduga penyebabnya karena memang sengaja dihilangkan dari sejarah Jakarta. Apalagi belakangan di rezim yang berkuasa menghapus segala sesuatu yang berbau dengan Tionghoa. (sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER