LIPUTAN KHUSUS ULTAH JAKARTA

Buah Karya 'Pajak Lendir' Era Bang Ali Pimpin Jakarta

Tim CNN Indonesia | CNN Indonesia
Senin, 22 Jun 2015 11:16 WIB
Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin bermimpi bisa menerapkan pembangunan di negara-negara maju. Infrastruktur ibu kota sebagian dibiayai dari bisnis pelacuran.
Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu 20 Juni 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Usai melakukan perjalanan ke Eropa, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin bermimpi bisa menerapkan pembangunan di negara-negara maju. Namun apa daya, kas daerah DKI Jakarta tak mencukupi.

Ia lantas memutar otak mencari sumber penghasilan baru. Pilihannya jatuh pada sektor hiburan. Pajak dari sektor ini dinilainya cukup menaikan pendapatan daerah ibu kota. Karena itu ia pun melegalkan judi dan membuat tempat khusus pelacuran di Kramat Tunggak.

“Bang Ali butuh duit untuk bangun infrastruktur Jakarta,” kata sejarawan Asep Kambali kepada CNN Indonesia.  (Baca juga: Jilakeng, Benih Pelacuran di Jantung Batavia)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Benar saja, setelah membuka Kramat Tunggak, Bang Ali bisa membangun infrastruktur di ibu kota. Sejumlah ruas jalan dan bangunan dibangun Bang Ali.

Saat baru menjabat tahun 1966, anggaran pendapatan dan belanja DKI Jakarta hanya Rp 66 juta. Jumlah tersebut menurut Ali sangat kurang untuk membangun infrastruktur ibu kota. Bagi Bang Ali, jika pemerintah daerah harus cari uang sendiri, maka mau tak mau pajak harus dikedepankan. Pelayanan membutuhkan uang dan uang adalah pajak. Oleh karena itu jika jika tidak ada pajak maka sama saja dengan tidak ada pelayanan.

Salah satu jalan yang dibangun setelah pelegalan pelacuran dan judi menurut Asep adalah Jalan Pramuka dan Jalan Pemuda. Bukan hanya jalan, Bang Ali menurut Asep juga rajin membangun museum. (Baca juga: Rayuan Binal dari Atas Becak di Kawasan Senen)

Sejarawan Betawi Alwi Shahab mengatakan, Bang Ali bukan hanya membuat infrastruktur jalan. Ia juga memperlebar jalan yang sudah ada. Misalnya ruas Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk serta ruas Jalan Kramat dan Salemba.

Dua ruas jalan itu sebelumnya hanya bisa dilewati dua mobil. Berbeda dengan kondisi saat ini di mana jalan jauh lebih lebar dan dibagi dalam dua jalur. “Sudah jauh berbeda jalan itu dibandingkan dulu,” katanya.

Selain jalan, fasilitas umum yang juga dibangun Bang Ali adalah sekolah dan tempat ibadah. “Ali Sadikin juga banyak bangun sekolah-sekolah dari hasil itu (pelacuran),” kata Alwi. Bahkan menurutnya, setelah melegalkan judi dan pelacuran, Bang Ali sempat membangun sebuah masjid di Jatinegara.  (Baca juga: Rayuan Keroncong Jembatan Batu di Macao Po)

“Namanya dulu kalau tidak salah Baitul Sadikin, tapi sekarang namanya saya lupa,” kata Alwi. Tak hanya masjid itu saja, saat itu bang Ali banyak membangun tempat ibadah lain yang ia turut meresmikannya.

Sebelas tahun memimpin Jakarta, Bang Ali memang dikenal kerap membangun infrastruktur. Pensiunan marinir ini adalah sosok di belakang Jakarta bisa menjadi kota metropolitan. Beberapa proyek besar yang dibangun saat ia memimpin adalah Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan dan Taman Impian Jaya Ancol.  

Pada masa Bang Ali juga Pekan Raya Jakarta digelar sebagai peringatan ulang tahun Jakarta 22 Juni. Tanggal ulang tahun Jakarta ini diambil dari tanggal masuknya Pangeran Jayakarta ke Sunda Kelapa pada tahun 1527. (sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER