LIPUTAN KHUSUS ULTAH JAKARTA

Kramat Tunggak: Dulu Haram Jadah Kini Sajadah

Tim CNN Indonesia | CNN Indonesia
Senin, 22 Jun 2015 09:30 WIB
Seiring berjalannya waktu, apa yang pernah terjadi di Kramat Tunggak dalam kurun 1970 hingga 1999 mulai tenggelam dari gunjingan. Imaji lain ada di sana.
Ilustrasi kehidupan malam. (kzenon/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- “Dari gelap terbitlah terang. Yang tadinya haram jadah menjadi sajadah,” demikian ujar Muhammad Hasyim, Takmir Jakarta Islamic Center saat ditanya soal transformasi lokalisasi Kramat Tunggak.

“Warga sekitar secara sosial juga lebih bangga. Dulu, mereka banyak yang malu mengaku tinggal di Kramat Tunggak. Sekarang ada sedikit kebanggaan. Tinggal di sekitar Islamic Center, tempatnya sudah berubah,” katanya.

Seiring berjalannya waktu, apa yang pernah terjadi di Kramat Tunggak dalam kurun waktu 1970 hingga 1999 mulai tenggelam dari gunjingan. Generasi baru yang lahir di sekitar lahan eks lokalisasi itu belum paham sejarah tempat tinggal mereka. (Baca: Napak Tilas Bisnis Pelacuran Jakarta)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika CNN Indonesia mengunjungi JIC awal Juni lalu, tempat yang dibangun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai pusat peradaban Islam di ibukota itu hiruk-pikuk. Quranic Festival diselenggarakan jelang tibanya bulan Ramadhan.

Di luar kegiatan itu, anak-anak yang tinggal di luar tembok JIC berlarian dari satu sudut ke sudut lainnya. Tangan mereka menggulung senar, wajah mereka mendongak ke langit. Permainan layang-layang mengisi setiap jengkal eks lahan lokalisasi yang luasnya tak kurang dari 22 kali lapangan sepakbola itu.

Dedi yang pernah mengais rezeki di Kramat Tunggak berkata, sebutan bagi lokalisasi itu sebenarnya muncul dari suatu hal yang religius.

Ia menuturkan, dahulu orang-orang yang dituakan di wilayah ini kerap bercerita, suatu kali salah satu penyiar agama Islam pertama di Sunda Kelapa mendarat di pesisir utara pantai Jakarta. Ketika itu, kawasan sekitar Cilincing dan Tanjung Priok masih dilebati pohon bakau.

Lantas, penyiar agama itu mengikatkan perahunya di sebatang kayu. Kuat menahan arus air, kayu itupun disebut tunggak. Karena digunakan orang yang dianggap suci, tunggak itu lalu dikeramatkan. Maka muncullah Kramat Tunggak.

Kini, orang tidak lagi menyebut wilayah yang masuk Kecamatan Koja itu Kramat Tunggak. Menurut Dedi, warga pun lebih senang dengan nama Kramat Jaya. Ia berkata, sebutan itu lebih bersih dari sisa-sisa kenangan masa lalu.

Istilah Kramat Jaya sebenarnya bukan belakangan ini muncul. Kala bisnis jual-beli jasa seksual dipusatkan Gubernur Ali Sadikin ke wilayah ini, Kramat Tunggak berada di pinggir jalan raya bernama Kramat Jaya.  (Baca: Cerita Usai Isya di Pelacuran Kramat Tunggak)

Jaya merujuk pada bioskop yang pernah eksis di Jakarta Utara. Lokasinya tak sampai satu kilometer dari lokalisasi. Senasib seperti pusat transaksi berahi itu, kini bioskop Jaya tinggal nama. Bangunannya sekarang dimanfaatkan pengusaha sebagai ruang pamer kendaraan bermotor.

Kisah tentang hilangnya memori masyarakat tentang Kramat Tunggak juga diutarakan mendiang Endang Rahayu Sedyaningsih. Pada tahun 2001 misalnya, saat ia berceramah tentang penanggulangan HIV melalui penjaja seks di Departemen Kesehatan, pegawai-pegawai muda di insititusi itu tak mengenal lokasi pelacuran yang sistemnya terorganisir itu.
Ilustrasi pelacuran. (bogdanripa/morgueFile)

“Ada ya...dulu bordil terorganisir dengan tujuan rehabilitasi PSK dan muncikari,” tulis Endang, mengutip pernyataan para PNS itu, dalam bukunya yang berjudul Perempuan-perempuan Kramat Tunggak. (Baca: Ahok: Pelacuran Mirip Sampah)

Ketika Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan jabatan nomor satu di departemen itu kepadanya delapan tahun kemudian, Endang berkesempatan melakukan napak tilas penelitian antropologi kesehatannya di Kramat Tunggak.

“Suasana di sana jauh berubah. Ternganga saya melihat lokasi yang kian padat penguhinya. Jalan-jalan kecil di gang tersebut sudah jauh berubah,” tulisnya mengenang penelitiannya yang berjudul “Determinants of the AIDS-related behaviours of female commercial sex workers in Kramat Tunggak”. (sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER