Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dikabarkan mengeksekusi mati anggotanya yang berkewarganegaraan Indonesia (WNI) karena diduga mengidap penyakit HIV/AIDS. Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Inspektur Jenderal Arief Dharmawan mengaku sudah mendengar informasi tersebut sejak pekan lalu.
"Kami memantau dan mencari tahu kebenaran informasi itu. Tetapi kami belum bisa mengonfirmasi. Masih terus kami lacak," kata Arief ketika dihubungi CNN Indonesia, Rabu malam (24/6).
Menurut Arief, segera setelah mendengar informasi eksekusi itu, BNPT secara otomatis langsung berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, serta Badan Intelijen Negara (BIN). "Koordinasi kami tentang hal ini sifatnya masih informal karena kami belum bisa mengonfirmasi apakah benar eksekusi WNI oleh ISIS itu dilakukan," tutur Arief. (Baca juga:
ISIS Janjikan Budak Wanita sebagai Hadiah Lomba Mengaji)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan catatan BNPT, jumlah WNI yang diketahui bergabung dengan kelompok teroris yang mengatasnamakan Islam itu sebanyak 150 orang. Hal itu terlacak dari sejumlah laporan perubahan atau penggantian nama para WNI serta informasi intelijen lainnya.
Mereka yang bergabung dengan ISIS itu diiming-imingi kehidupan ekonomi yang lebih baik sekaligus melakukan amal kebaikan. "Iming-iming ini tentu menggiurkan untuk mereka dengan kondisi ekonomi yang susah," ujar Arief.
Wakadensus Antiteror 88 Mabes Polri Komisaris Besar Eddy Hartono juga mengaku mendapatkan kabar tersebut. Pihaknya masih mencoba untuk mengonfimasi dan memvalidasi informasi tersebut. “Kami juga mendapatkan kabar itu. Kami masih melaksanakan verifikasi validitas informasinya,” kata Eddy dalam pesan singkat kepada CNN Indonesia. (Baca juga:
Video Baru ISIS, Sandera Ditenggelamkan Hingga Tewas)
Kabar mengenai warga negara Indonesia yang diduga dieksekusi oleh kelompok radikal Negara Islam, ISIS, hingga kini masih belum jelas kebenarannya. Kabar tersebut pertama kali beredar luas setelah kantor media Daily Mail menyadur berita dari situs aktivis Suriah, Sound and Picture.
Kementerian Luar Negeri RI mengaku telah mencoba mencari tahu kabar tersebut melalui penulis berita media Daily Mail. Namun, penulis itu ternyata tidak bisa memastikan kebenaran mengenai WNI yang dieksekusi oleh ISIS, melainkan hanya berdasar pada informasi dari aktivis di Suriah.
"Mereka mendapat informasi dari aktivis on the ground. Menurut mereka, aktivis tersebut tidak bisa memverifikasi identitas WNI dan kapan waktu eksekusi terjadi," ujar juru bicara Kemenlu RI, Arrmanatha Nasir.
Sementara itu, KBRI di Ankara dan Damaskus hingga kini juga belum bisa memverifikasi kebenaran berita ini. Sebelumnya, ramai diberitakan bahwa seorang WNI yang bergabung dengan ISIS telah dieksekusi mati karena telah menyebarkan AIDS melalui transfusi darah.
(hel)