Jakarta, CNN Indonesia -- Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku telah mengirimkan dua tim untuk menyelidiki jatuhnya pesawat Hercules C-130 yang dioperatori oleh TNI Angkatan Udara (AU) dengan nomor registrasi A 1301 yang jatuh kawasan Jalan Letjen Jamin Ginting, Padang Bulan, Kota Medan, Sumatera Utara.
Penyelidikan itu dikaitkan dengan pengakuan warga sipil yang tidak memiliki hubungan dengan prajurit yang diperbolehkan menumpangi pesawat militer tersebut dengan membayarkan sejumlah uang. Padahal, seharusnya warga sipil yang boleh menumpangi pesawat itu hanyalah keluarga anggota TNI saja.
Moeldoko menuturkan, sebenarnya tidak ada aturan yang memperbolehkan warga sipil menumpang dengan membayar sejumlah uang kepada anggota TNI. Namun, menurut dia, terdapat kemungkinan bahwa praktek tersebut dilakukan sesuai kebijakan anak buahnya di lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Inilah yang nanti kami benahi kalau memang ada (praktek seperti itu) ya," ujar Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (2/7).
Untuk menyelidiki hal itu, Moeldoko mengaku telag mengirimkan dua tim. Tim pertama dikomandoi oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Agus Supriatna yang mengurusi investigasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan teknis.
"Saya kemarin mengirim orang lagi untuk investigasi yang berkaitan dengan non-teknis, berkaitan dengan prosedur, mekanisme, terus SOP, dan seterusnya. Itu yang nanti akan kita lihat ada yang salah atau tidak," kata dia.
Saat ini, imbuh Moeldoko, pihaknya tengah berkoordinasi dengan tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk mencari tahu sejauh aman dan berapa orang korban warga sipil. "Karena itu kan campuran ya. Korbannya yang didarat juga ada masyarakat sipil, makanya ini sekarang lagi identifikasi ini biar jelas," ujar dia.
(pit)