Tradisi Takbir dan Masjid sebagai Ruang Publik

Abi Sarwanto | CNN Indonesia
Kamis, 16 Jul 2015 23:32 WIB
Tradisi bertakbir di masjid dapat menertibkan kegiatan takbir keliling yang seringkali menimbulkan gesekan.
Ilustrasi. (REUTERS/Nyimas Laula)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hiruk pikuk masyarakat yang antusias terasa di Masjid Al Barkah, Bekasi, pada Kamis malam (16/7). Semangat menyambut datangnya hari kemenangan terlihat dari raut wajah mereka.

Kebanyakan di antara mereka adalah orang tua yang memiliki anak kecil. Mereka mengawasi anaknya bermain di halaman masjid.

Dua bedug berukuran besar dan kecil di pelataran menjadi magnet anak-anak kecil yang datang ke Masjid Al Barkah. Alunan tetabuhan bedug tersebut mengiringi para jamaah yang sedang bertakbir di dalam mesjid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya bedug, di pelataran masjid juga disediakan makanan dan minuman seakan untuk para jamaah.

Takbiran bersama anak-anak kecil ini diakui oleh Haji Samsudin, salah seorang pengurus masjid, sudah menjadi tradisi di Masjid Agung Al-Barkah selama tiga tahun.

"Sebelumnya, pengurus masjid membentuk tim takbiran untuk mengundang anak-anak kecil serta masyarakat sekitar untuk bertakbir di masjid ini," ujar Haji Samsudin kepada CNN Indonesia.

Menurutnya, selain untuk menjadi wadah bagi masyarakat yang ingin bertakbir di Masjid Agung Al Barkah, tradisi ini juga dapat menertibkan kegiatan takbir keliling yang seringkali menimbulkan gesekan.

Masjid yang baru selesai direnovasi pada tahun 2009 ini memang menjadi sentra kegiatan keagamaan masyarakat Kota Bekasi dan sekitarnya.

Posisi Masjid Agung Al-Barkah yang berada di tengah alun-alun seakan semakin mempertegas fungsinya sebagai media pertemuan masyarakat. Dua menara dan kubah besar berwarna biru, memperlihatkan eksistensinya di tengah Kota Bekasi yang kemudian membuat masyarakat penasaran untuk mengunjunginya.

Terdapat pula deretan penjaja makanan seperti bakso, siomay dan minuman dingin yang berada tertib di dalam lingkungan masjid.

Para orang tua yang datang bersama anaknya mengaku senang dapat melaksanakan takbiran bersama keluarga di Masjid Agung Al-Barkah. Walaupun sudah larut, mereka tetap semangat.

"Alhamdulillah senang di sini, suasananya enak dan anak-anak bisa takbiran," tutur pria paruh baya yang enggan disebutkan namanya, sambil menikmati semangkuk bakso.

Ia mengaku memang baru kali ini melaksanakan takbiran di Masjid Agung Al-Barkah. Namun, pengalaman pertamanya ini kemungkinan besar akan ia ulang pada lebaran tahun berikutnya.

Begitulah tradisi takbiran bagi sebagian orang yang menjalankannya. Masjid dipilih selain karena sebagai sumber kumandang takbir, juga sebagai ruang publik yang saling mempertemukan masyarakat tanpa adanya sekat.

Mungkin memahami masjid tidak perlu seperti memahami konsepsi ruang publik Habermas, yang memaknai adanya proses komunikasi yang bertujuan untuk mencapai pendapat umum.

Namun, cukup kita pahami saja kalau masjid merupakan ruang publik yang jadi media komunikasi masyarakat tanpa adanya sekat dan tujuan tertentu. (ard/ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER