Kemenag Minta Klarifikasi GIDI Soal Surat Edaran di Tolikara

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Sabtu, 18 Jul 2015 20:52 WIB
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Kemenag menilai surat edaran Badan Pekerja GIDI tersebut sebagai kekerasan dalam menjalankan agama.
Direktur Jenderal Bimas Kristen Kementerian Agama Oditha R Hutabarat (tengah) bersama Ketua Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil Indonesia (PGLII) Ronny Mandang (kanan) dan Kepala Biro Humas PGI Jeirry Sumampow (kiri) memberikan keterangan pers di Jakarta, Sabtu (18/7). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Kementerian Agama Oditha R. Hutabarat menyatakan pihaknya menunggu klarifikasi dari Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) terkait surat edaran yang disebut berpotensi memancing konflik kerukunan beragama di kabupaten Tolikara, Papua.

Oditha mengatakan surat edaran tersebut berisi pembatasan Salat Ied dan diduga dikeluarkan oleh GIDI. Ia sendiri mengaku baru mengetahui perihal surat edaran tersebut setelah kerusuhan terjadi.

"Kami meminta kepada Presiden GIDI untuk mengklarifikasi dan memberi penjelasan yang akurat terkait surat edaran Badan Pekerja GIDI Wilayah Tolikara tersebut," kata Oditha saat ditemui di gedung Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jakarta Pusat, Sabtu (18/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oditha mengatakan dirinya tidak setuju dengan isi surat edaran yang telah tersebar sejak 11 Juli lalu. Isi surat tersebut, kata Oditha, sangat "keras" membatasi warga menjalankan ibadah.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII), Ronny Mandang.

Meski GIDI merupakan anggota PLGII, namun Ronny menyatakan tidak ada koordinasi dari GIDI dengan pihaknya dalam penerbitan surat edaran tersebut.

"Tentu kami tidak setuju dengan isi surat edaran tersebut. Isi surat edaran tersebut sama sekali tidak mewakili suara PGLII dan umat Kristen Indonesia," katanya.

Hingga malam ini, Presiden Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Dorman Wandikmbo belum dapat dihubungi. Namun, dalam siaran pers yang diterima CNN Indonesia, Dorman menjelaskan bahwa pihaknya sama sekali tidak melarang umat Islam di Tolikara untuk beribadah.

Dorman menyatakan bahwa pihaknya hanya mengingatkan umat Islam di Tolikara untuk mematuhi surat pemberitahuan yang telah dilayangkan gereja dua minggu sebelum kegiatan dilangsungkan, yakni tidak menggunakan pengeras suara.

"Saya telah menasihati umat saya agar tidak melarang umat apapun, termasuk saudara Muslim untuk melangsungkan ibadah. Namun, ibadah harus dilangsungkan di dalam koridor hukum wilayah tersebut, dan juga mematuhi surat yang dikeluarkan demi keamanan dan ketertiban masyarakat," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, kemarin terjadi serangan terhadap jemaah yang hendak melaksakan salat Idul Fitri di Tolikara, Papua. Penyerangan membuat jemaah Salat Ied bubar. Penyerang kemudian membakar beberapa bangunan rumah dan kios yang ada.

Dalam upaya pengamanan, petugas menembak tiga orang pelaku penyerangan yang tidak mengindahkan peringatan petugas. Tiga orang tersebut kini menjalani perawatan intensif di rumah sakit di Jayapura.

Dikabarkan pula sebanyak 12 orang jemaat GIDI menjadi korban; satu orang tewas dan sisanya luka-luka. Sebanyak 11 orang korban tersebut dinyatakan masih menjalani perawatan intensif di RSUD Dok 2 Jayapura dan di RSUD Wamena. (meg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER