Syahrini Rayu Jaksa Agung: Suara Pak Prasetyo Kalahkan Anang

Gilang Fauzi | CNN Indonesia
Rabu, 22 Jul 2015 14:28 WIB
Prasetyo minta izin kepada istrinya untuk menemani Syahrini. "Kalau aku sih iyes, Pak,” kata Syahrini genit kepada sang Jaksa Agung.
Jaksa Agung M Prasetyo saat berduet dengan Syahrini, Rabu (22/7). (CNN Indonesia/Gilang Fauzi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Biduan menor Syahrini hadir memeriahkan syukuran Hari Bhakti Adhyaksa ke-55 yang digelar di Kompleks Kejaksaan Agung, Rabu (22/7). Berbalut gaun gemerlap merah muda, si pemilik jargon ‘maju-mundur cantik’ itu melepas candaan usai membuka penampilan lewat lagu pembuka.

Syahrini lalu turun dari panggung untuk mengajak langsung Jaksa Agung M Prasetyo menemaninya berduet di atas panggung. Meski malu-malu kucing, Prasetyo akhirnya menyerah pada rayuan Syahrini. Ia pun meminta izin pada istri yang mendampinginya untuk bernyanyi bersama Syahrini.

"Konon katanya suara Pak Prasetyo ini mengalahkan suara Anang Hermansyah," ujar Syahrini menggoda Prasetyo yang sudah berdiri di atas panggung. Candaan Syahrini kontan disambut riuh gelak tawa ratusan hadirin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Musik lantas menghentak dalam alunan sendu. Tanpa canggung, Prasetyo berduet dengan Syahrini melantunkan tembang 'Dingin' yang sempat dipopulerkan oleh musisi senior Rinto Harahap.

Suara berat Prasetyo mengisi corak suara Syahrini yang terdegar cempreng. "Kalau aku sih iyes, Pak," kata Syahrini. "Saya namakan duet ini Syahprasetyo, Syahrini-Prasetyo,” kata wanita yang mempopulerkan bulu mata antibadai itu, genit.

Syahrini dan Prasetyo pun kembali tenggelam dalam alunan musik sendu.

"Tapi janji tinggal janji, bulan madu hanya mimpi...”

“Tapi janji tinggal janji di bibirmu..."

Musik terhenti di akhir lagu, ditutup dengan gemuruh tepuk tangan.

Prasetyo rupanya memiliki kenangan dengan lagu tersebut. Lagu 'Dingin' mengingatkan dia ketika sempat ditugaskan di Wamena, Papua, pada 1978.

"Seperti judul lagunya, kenangan saya di Wamena adalah dingin," ujar dia. "Kala itu saya datang menangis dan pulang pun diakhiri tangisan."

Prasetyo mengatakan saat itu dia ditugaskan ke sebuah tempat tanpa satu pun kawan yang dia kenal. Dia menangis. Tapi pulang pun demikian.

"Setelah saya mendapat banyak kawan dan kerabat, berat rasanya meninggalkan Wamena," kata Prasetyo. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER