Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah ulama terkenal mendatangi Markas Besar Polri, Jakarta, Rabu (22/7), untuk mengadukan masalah seputar insiden Tolikara, Papua.
"Kami kunjungan secara resmi untuk mendapat informasi dari pemerintah, apa yang terjadi, apa yang sudah dilakukan dan apa yan harus kami lakukan," kata Ketua Dewan Syuro, Didin Hafidudin setelah bertemu dengan Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti.
Kelompok tersebut tergabung dalam Komite Umat untuk Tolikara. Selain Didin, kelompok ini juga terdiri atas Hidayat Nur Wahid selaku Wakil Ketua Dewan Syuro Komat, Bachtiar Nasir selaku Ketua Pelaksana Komat, dan Yusuf Mansyur sebagai anggota Dewan Syuro Komat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain mendatangi Markas Besar Polri, Komat telah lebih dulu mendatangi Menteri Agama Lukman Hakim Syaefuddin dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Kepada ketiga pihak, termasuk Polri, mereka menyampaikan bahwa telah mengirimkan tim pencari fakta yang dipimpin oleh Fadlan, ustadz asal Papua. "Beliau sudah berangkat pada malam tadi jam 11.30 WIB," kata Didin. (Baca:
Kapolri: Tersangka Kerusuhan Tolikara Empat Orang)
Selain itu, Komat juga mengumpulkan dana untuk membantu proses pembangunan kembali Tolikara seusai insiden Jumat pekan lalu. Dana tersebut ditujukan untuk memberdayakan masyarakat dalam kegiatan ekonomi kelak, setelah pemerintah membenahi kios-kios yang terbakar.
"Kami sudah siap dengan lembaga zakat dan sosial untuk memberikan bantuan ekonomi rakyat," ujarnya. (Baca:
MUI Minta Pemerintah Santuni Pengungsi di Tolikara)
Kepada Badrodin, dia meminta agar aktor intelektual di balik insiden ini segera diungkap. "Kami ingin ada tindakan transparan karena ini adalah yang pertama kali dalam sejarah Indonesia."
"Kapolri sudah berjanji akan segera mengumumkannya. Kami harap ini adalah kejadian yang terakhir kali," kata Didin. (Baca:
MUI Bentuk Tim Investigasi, Dukung Perdamaian Tolikara)
Jumat pekan lalu, tepat pada Idul Fitri, sekelompok orang menyerang umat Islam yang hendak melakukan salat Id. Selain itu, kelompok tersebut juga melakukan pembakaran terhadap bangunan-bangunan di sekitar lokasi.
Dalam proses pengamanan, sebanyak 11 orang dari kelompok penyerang luka-luka dan satu orang lainnya tewas terkena peluru aparat. Hingga kini, jemaah salat yang menjadi korban penyerangan masih dalam proses pengungsian.
(obs)