Jakarta, CNN Indonesia -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendesak pemerintah pusat untuk menyantuni pengungsi yang menjadi korban insiden di Tolikara, Papua.
"Kita minta pemerintah untuk mengurus dan menyantuni mereka (pengungsi), kami juga akan ada tim yang akan bantu mereka," kata Ma'ruf Amin di Gedung MUI, Jakarta, Rabu (22/7).
Ma'ruf mengatakan jumlah korban nantinya akan diselidiki oleh tim investigasi MUI. Selain mesti memberi bantuan, pemerintah juga harus bisa menekan konflik sekecil apapun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ma'ruf konflik yang terjadi di Tolikara bisa saja bukan hanya konflik agama. "Banyak faktor terjadinya konflik, bisa saja karena masalah sosial, ekonomi, yang bahaya kalau ditarik ke konflik agama," tutur dia. (Baca:
Mendagri Minta Bupati dan DPRD Tolikara Periksa Perda Agama)
Ma’ruf juga mengatakan jangan sampai ada hal-hal yang mengganggu toleransi beragama, misalnya aturan yang diskriminatif.
Dia menekankan pentingnya dijaga toleransi kehidupan umat agama secara terus menerus. "Kita berusaha bersama untuk membentuk toleransi yang sesungguhnya," kata Amin. (Baca:
Jokowi Beri Tiga Instruksi Pascainsiden Tolikara)Terkait langkah bantuan pemerintah terhadap pengungsi, sebelumnya, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan telah menerjunkan tim trauma
healing ke wilayah Tolikara, pasca peristiwa rusuh yang terjadi persis di Hari Raya Idul Fitri, Jumat (18/7). Tim itu diterjunkan untuk membantu pemulihan warga yang menjadi korban pembakaran tempat hunian dan peribadahan pihak tak bertanggung jawab.
Menurut Khofifah, trauma
healing itu ditujukan kepada para ibu dan penduduk lanjut usia. "Tapi berdasarkan laporan tim kami di lapangan, anak-anak paling membutuhkan pemulihan," ujar Khofifah saat ditemui di rumah dinasnya, Jakarta, Senin (20/7).
Khofifah mengatakan pemulihan trauma dilakukan terhadap mereka yang hunian rumah-tokonya terkena dampak pembakaran. Selain mendapat pembekalan edukasi, tim trauma healing juga bertugas menjamin psikologis warga tidak dirundung trauma berkepanjangan. (Baca:
Anak-Anak di Tolikara Jalani Trauma Healing)
Akibat insiden pembakaran tersebut, sebanyak 63 ruko yang dihuni oleh 38 kepala keluarga mengalami kemandekan aktivitas baik untuk berjualan maupun berkegiatan rutin sehari-hari. Khofifah mengatakan sebanyak 153 jiwa saat ini telah dievakuasi ke dua lokasi penampungan yang terletak tidak jauh dari peristiwa pembakaran.
(obs)