Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Formatur Muhammadiyah menghindari sistem voting dalam memilih Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Musyawarah dan mufakat akan dikedepankan untuk mencari pengganti Din Syamsuddin sebagai orang nomor satu di Muhammadiyah.
Salah satu anggota tim formatur Anwar Abbas mengatakan, tak akan ada kegaduhan atau persaingan dalam pemilihan Ketua Umum Muhammadiyah dalam tim formatur.
"Kami rapat, 30 menit mungkin selesai," kata Anwar kepada CNN Indonesia, Kamis (6/8). (Baca juga:
Pemuda Ingin Ketua Umum Baru Muhammadiyah Sosok Pembaru)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Singkatnya rapat pemilihan orang nomor satu Muhammadiyah itu menurut Anwar lantaran tak ada yang benar-benar menginginkan jabatan Ketua Umum. Namun bukan berarti tidak ada yang siap, justru menurut Bendahara Umum PP Muhammadiyah itu, semua formatur yang terpilih siap mengemban amanah.
Biasanya, lanjut Anwar, peraih suara terbanyak dalam pemilihan formatur, akan jadi Ketua Umum. Dalam perhitungan kemarin, Haedar Nashir mendapat suara terbanyak dengan 1.947 suara disusul oleh Yunahar Ilyas dengan 1.928 suara.
SIMAK FOKUS: Kabar dari Dua MuktamarDalam rapat nanti malam, peraih suara terbanyak biasanya akan ditawari posisi Ketua Umum. "Pak Haedar akan ditawari, mau tidak jadi Ketua Umum. Kalau mau, selesai rapat kami," kata Anwar.
Namun jika peraih suara terbanyak menolak, penawaran akan diberikan pada peraih suara kedua terbanyak yakni Yunahar Ilyas. Begitu seterusnya sampai ada yang bersedia jadi Ketua Umum. (Baca juga:
Muhammadiyah Yakin Pemilihan Ketum dalam Muktamar Tak Gaduh)
Tim Formatur yang dipercaya untuk memilih Ketua Umum PP Muhamadiyah adalah Haedar Nashir, Yunahar Ilyas, Dahlan Rais, dan Busyro Muqoddas, Abdul Mu'ti, Anwar Abbas, Muhajir Effendy, Syafiq Mughni, Dadang Kahmad, Suyatno, Agung Danarto, Goodwill Zubir dan Hajriyanto Y Thohari.
Ketua Umum Muhammadiyah saat ini dipegang oleh Din Syamsuddin. Ia sudah dua periode memimpin Muhammadiyah. Meski tak ada larangan ia kembali memimpin, Din sudah jauh-jauh hari ingin ada pergantian kepemimpinan.
Ketua Majelis Ulama Indonesia ini juga diketahui tak mengembalikan formulir penawaran untuk menjadi calon tim formatur yang dikirim panitia pemilih sebelum Muktamar digelar.
(sur)