Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan bahwa El Nino belum mengancam ketahanan pangan. Menurut dia, hal ini terjadi karena pemerintah telah mengantisipasi datangnya badai kering ini sejak Januari lalu.
"El Nino ini kami sudah melakukan antisipasi sejak awal, sejak Januari. Januari itu kami bangun irigasi tertier sampai dengan hari ini 1,3 juta hektare," ujar Amran di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (6/8).
Selain membangun irigasi tertier, imbuh Amran, pemerintah juga membagikan pompa sebanyak 21 ribu unit, membangun waduk buatan (embung) dan parit, serta sumur dangkal dan sumur dalam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amran menjelaskan, lahan pertanian endemik kekeringan di Indonesia mencapai 200 ribu hektare setiap tahunnya. Namun, karena berbagai langkah antisipasi telah dilakukan dan dengan dibentuknya tim khusus, ia memperkirakan sekitar 100 ribu hektare lahan pertanian endemik kekeringan akan bisa diselamatkan.
Sementara produksi padi, tutur Amran, diperkirakan akan sesuai dengan angka ramalan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian di mana sekitar 75,5 juta ton gabah kering giling (GKG) tersedia hingga akhir tahun. Namun, jika El Nino melanda, diperkirakan jumlah tersebut tidak akan turun drastis. Dia memperkirakan akibat El Nino, produksi gabah kering giling paling turun menjadi 75,2 juta ton. Atas dasar ini, Amran menegaskan impor beras merupakan opsi terakhir yang harus ditempuh.
Amran memaparkan, daerah yang masih dilanda kekeringan antara lain, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon di Jawa Barat; Kabupaten Demak, Kabupaten Pati, Kabupaten Gerobogan di Jawa Tengah; Kabupaten Bojonegoro di Jawa Timur; dan Kabupaten Timor Tengah Selatan di Nusa Tenggara Timur.
(hel)