Jakarta, CNN Indonesia -- Perpanjangan pendaftaran pilkada selama tiga hari mulai 9 Agustus hingga 11 Agustus disinyalir memicu munculnya calon boneka. Hal ini biasanya terjadi ketika petahana dengan posisi yang kuat kembali mendaftarkan diri untuk ikut pilkada selanjutnya.
Direktur Eksekutif Study For Indonesia Government Indepth (SIGI) Medrial Alamsyah mengatakan munculnya calon boneka dalam masa perpanjangan pendaftaran ini mungkin saja terjadi.
"Dengan diperpanjang mungkin saja ada calon boneka karena pasti akan ada lobi-lobi atau pendekatan-pendekatan antar partai politik," kata Medrial saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta, kemarin.
(Lihat Juga: FOKUS Politik Acak Pilkada Serentak)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Medrial menilai, jika calon-calon boneka benar bermunculan pada masa perpanjangan pendaftaran pilkada ini, demokrasi hanya menjadi mainan belaka Pilkada pun hanya jadi formalitas biasa. "Jadi sama saja tidak ada pilkada,' ujar dia.
(Lihat Juga: Gerindra: Perpanjangan Waktu Pendaftaran Pilkada Percuma)Kehadiran calon tunggal di beberapa daerah ini kemungkinan terjadi karena kualitas partai politik di daerah tersebut kurang baik. Akibatnya, mereka tidak mampu menyodorkan calon yang mumpuni yang bisa bertahan dengan calon tunggal tersebut.
(Baca Juga: Calon Tunggal, Masih Menarikkah Pilkada?)
"Persoalannya partai politik kita tidak melakukan kaderisasi dan rekrutmen dengan baik. Sehingga semuanya sangat pragmatis. Yang dipertimbangkan hanya persoalan jangka pendek saja, ada calon dan asal dapat materi," kata dia.
"Ini pukulan sebetulnya buat partai berarti mereka gagal melakukan kaderisasi."
Sebelumnya, pengamat politik dari Universitas Gajah Mada (UGM) Arie Sujito mengatakan banyaknya calon tunggal dalam pilkada serentak 2015 menandakan kalau pilkada tidaklah menarik.
“Meskipun pilkada yang sekarang ini sudah direkayasa dengan digelar secara serentak tapi nyatanya masih banyak calon tunggal. Itu menandakan pilkada tidak menarik lagi,” kata pengamat politik dari Universitas Gajah Mada (UGM) Arie Sujito kepada CNN Indonesia, Ahad (2/8).
Arie juga menilai partai politik telah gagal dalam melakukan kaderisasi yang baik sehingga tidak melahirkan banyak calon kepala daerah.
“Partai juga gagal dalam meyakinkan tentang perubahan dirinya pada rakyat,” ujarnya. “Calon independen juga dipersulit untuk maju.”
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo juga pernah mengatakan banyak bakal calon kepala daerah yang takut bersaing dengan petahana. Ketakutan itu menjadi sebab minimnya nama yang tercatat saat pendaftaran pilkada.
"Saya sempat tanya, ada bakal calon yang bilang 'kalau maju percuma, saya lawan incumbent surveinya 80 persen pasti menang. Ya ngapain maju," kata Tjahjo di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (31/7).
Komisi Pemilihan Umum (KPU) merilis 7 daerah yang hanya memiliki satu pasangan calon kepala daerah. Daerah tersebut antara lain Kabupaten Tasikmalaya di Jawa Barat, Kabupaten Blitar di Jawa Timur, Kota Mataram di Nusa Tenggara Barat, Kota Samarinda di Kalimantan Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara di Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, dan Kota Surabaya, Jawa Timur.
(utd)