Solo, CNN Indonesia -- Terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Anti Teror di Solo dan sekitarnya ternyata berencana hendak meledakkan kantor polisi, gereja dan kelenteng. Itu semua dilakukan untuk mengacaukan peringatan Perayaan Kemerdekaan ke-70 pada 17 Agustus nanti.
“Kita telah menangkap tiga tersangka, menggeledah empat lokasi. Mereka ini hendak menyerang kantor polisi dan anggota (Polri), tempat ibadah khususnya umat Nasrani dan Khonghucu. Kita juga berhasil mematahkan niat mereka mengganggu stabilitas untuk mengacaukan peringatan Kemerdekaan RI,’ kata Kapolda Jawa Tengah Inspektur Jenderal Noer Ali di Mapolresta Solo, Jumat (14/8).
Sebagaimana disebutkan, kemarin Detasemen Khusus 88 Anti Teror telah menangkap tiga orang terduga teroris. Noer Ali mengatakan,teroris yang ditangkap ini adalah Jaringan Badri. Untuk urusan pendanaan, terutama terkait dengan bom yang akan diledakkan pada 17 Agustus nantu, Noer Ali menyebutkan mereka mendapatkannya dari seorang warga negara Indonesia, BN yang kini berada di Suriah dan bergabung dengan ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga terduga teroris yang kemarin ditangkap adalah Ibadurahman, Yuskarman dan Giyanto. Ketiga orang ini memiliki peran yang berbeda. Ibadurhaman adalah penyandang dana dan otak serangan yang direncanakan pada 17 Agustus ini. Ibadurahman adalah penerima dana dari BN. Dia kemudian mengajak yang lain untuk merencanakan aksi tersebut.
Yuskarman berperan sebagai demolition man, tukang bom. Yuskarman adalah spesialis pembuat bom rakitan. Dia yang merakit bom-bom yang kemarin ikut diamankan dalam penangkapan tersebut. Sedang kan Giyanto adalah operator lapangan. Dia yang menyiapkan semua sarana dan prasana perakhitan bom. Giyanto juga ikut menyimpan bom rakitan ini. Giyanto disebutkan melakukan survei ke Polsek Pasarkliwon sebagai salah satu target yang akan diledakkan pada 17 Agustus nanti.
Catatan Giyanto tidak disitu saja. Giyanto juga disebut terlibat dalam kasus penembakan anggota Polri di Solo pada 2012. Ketiga orang yang ditangkap kemarin ini disebut sebagai anggota jaringan Badri. Badri sendiri telah ditangkap polisi pada tahun 2012 lalu. Saat itu dia merekrut lima anak untuk dilatih merakit bom.
Noer Ali mengungkapkan, anak-anak yang ditangkap bersama Badri berusia 14 tahun. Anak-anak itu hanya dikenai hukuman 6 bulan penjara karrna, sebut Noer Ali tidak bisa dijerat dengan UU Terorisme. Ketiga tersangka yang ditangkap kemarin, tutur Noer Ali adalah teman-teman dari anak-anak yang ditangkap bersama Badri.
Satu Jam Sudah Siap dan Berdaya Ledak TinggiDalam jumpa pers di Mapolresta Solo, polisi tidak menunjukkan barang bom rakitan yang akan digunakan untuk mengacaukan Perayaan Kemerdekaan ke-70. Menurut Kasubdin Intel Densus 88, Komisaris Besar Polisi Ibnu Suhenda, bom rakitan yang berhasil diamankan, tidak perlu waktu lama untuk merakitnya. Hanya butuh waktu satu jam untuk merakitnya menjadi bom siap meledak. “Dalam waktu satu jam sudah bisa disiapkan bomnya, tidak perlu berhari-hari. Artinya semua komponen perakitan sudah ada, dalam tempo satu jam (bom) sudah jadi,” katanya.
Kombes Ibnu Suhenda menambahan, dengan makin singkatnya waktu perakitan bom, maka telah terjadi kemajuan pesat di jaringan-jaringan teroris di Indonesia. Dari hasil lapangan, Ibnu menyebutkan bom rakitan yang diitemukan memiliki daya ledak yang tinggi. Ini tentu menjadi kombinasi yang berbahaya, kemampuan merakit lebih cepat dengan bom yang berdaya ledak tinggi.
Berdasakan pengakuan para tersangka, Ibnu menyatakan bahwa mereka akan meletakkan bom di lokasi yang telah ditentukan dan akan ditinggalkan. Itu bisa dilakukan karena dalam bom rakitan itu juga sudah dipasang switcher.
(hel)