Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan menyatakan perelokasian warga di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, bukan sekadar persoalan tanah negara, melainkan lebih menitikberatkan pada pengelolaan tata ruang kota.
Ferry menyatakan keberadaan penduduk di bantaran Sungai Ciliwung dalam banyak hal telah mengganggu dan mengurangi fungsi sungai.
"Di situ saja sudah masalah, maka ditata dalam penataan kawasan untuk membebaskan Jakarta dari bahaya banjir," ujar Ferry di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (21/8). (Baca juga:
Kisah Operator Alat Berat Penggusur Kampung Pulo)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ferry pun tidak menampik pada akhirnya upaya relokasi mendapat penolakan dari warga bantaran Sungai Ciliwung. Namun dia menyoroti persoalan tersebut lebih disebabkan oleh masyarakat yang belum terdaftar, tidak kebagian jatah hunian relokasi.
Bagaimanapun, kata Ferry, pemerintah dalam hal ini telah berusaha mempertimbangkan status hak tanah warga bantaran meski pada dasarnya keberadaan warga di bantaran tepi sungai telah menyalahi aturan. (Baca juga:
Cerita Ahok di Balik Penggusuran Kampung Pulo)
"Karena dalam konteks penataan banjir, maka mereka diakui haknya untuk mendapatkan rumah susun. Mereka tidak digusur, diusir, atau dirugikan, tapi dipindahkan," ujar Ferry.
Penggusuran Warga Kampung Pulo kembali dilakukan hari ini setelah penggusuran kemarin berlangsung ricuh. Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah mengatakan, selain untuk menertibkan bantaran sungai, penggusuran Kampung Pulo juga untuk mempercantik kawasan tersebut. (Baca juga:
Di Tengah Kericuhan, Sa'Aning Pasrah Tinggalkan Rumah)
Jika saat ini banyak rumah yang membelakangi Kali Ciliwung, nantinya rumah yang ada di kawasan tersebut yang tidak berada di daerah bantaran sungai akan menghadap ke sungai.
"Nantinya rumah-rumah di pinggiran akan menghadap ke kali. Kali jangan dijadikan halaman belakang," kata Saefullah saat mengunjungi Kampung Pulo, Jakarta Timur, pada Jumat (21/8).
Penataan bantaran Ciliwung saat musim kemarau ini dinilai sangat tepat karena debit air sedang turun. Dengan ditatanya daerah langganan banjir itu, diharapkan banjir tahunan di Jakarta menjadi berkurang. (Baca juga:
Kampung Pulo Masalah Lama Yang Dibiarkan Tak Selesai)
"Momen ini kami gunakan sebaik-baiknya buat kepentingan yang lebih baik, program ini tak boleh berhenti untuk mengangkat penyakit Jakarta yaitu banjir," katanya. Saefullah juga meminta warga yang memiliki sertifikat untuk melapor ke Wali Kota Jakarta Timur untuk mengurusi ganti rugi.
BACA FOKUS:
Rusuh Penggusuran Kampung Pulo (hel)