Jakarta, CNN Indonesia -- Calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Mayor Jenderal Purnawirawan Hendardji Soepandji dicecar panitia seleksi soal harta kekayaan miliknya. Dalam catatan yang dikantongi pansel, harta Henderdji mencapai Rp 32,2 miliar dan US$ 4.000.
Pansel juga mencecar Hendardji terkait kepemilikan motor gede (moge) miliknya. Pertanyaan tersebut diangkat saat Hendardji mengikuti seleksi wawancara di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (24/8).
Menjawab pertanyaan panel, Hendardji menilai jumlah harta yang dimilikinya masih dalam batas wajar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu harta kami berdua, saya dan istri saya. Saya menjadi TNI selama 36 tahun dan istri saya (bekerja) 33 tahun," kata Hendardji.
Soal moge miliknya, Hendardji mengaku baru melaporkan kepemilikannya pada tahun 2014 lalu karena BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) sempat hilang. Meski begitu, pria berusia 63 tahun ini pun mengaku telah membayar pajak meski surat kendaraannya hilang.
Selain moge, Hendardji tercatat memiliki mobil. sejumlah rumah dan bangunan di kawasan Prapanca, Jakarta dan Bogor.
Hendardji memaparkan uangnya didapat dari hasilnya bekerja. Jabatan terakhirnya di dunia militer adalah Asisten Pengamanan Kepala Staf Angkatan Darat (Aspem KASAD) pada tahun 2010. Sementara istrinya yang juga dokter, Ratna Rosita, pernah menjabat sebagai pegawai negeri di Kementerian Kesehatan.
Setelah pensiun, Hendardji mengaku sempat bekerja di beberapa perusahaan. "22 tahun setelah pensiun, bertugas sebagai Direktur Utama Kemayoran dan Komisaris di Wilmar. Wilmar punya 90 badan usaha tapi saya jadi komisaris di satu badan usaha, PT Cahaya Kalbar yang sekarang jadi PT Wilmar Cahaya Indonesia," katanya.
Hendardji pun masih menganggap harta yang diperoleh pasca purna tugas dari militer adalah sebuah kewajaran. Ia juga mengaku tak pernah meyalahgunakan wewenanganya untuk menguntungkan perusahaan tempat ia menjadi komisaris. "Tidak pernah," katanya singkat ketika ditanya hal tersebut.
Dalam dunia militer, Hendardji pernah menduduki posisi Komandan Pusat Polisi Militer TNI periode 2006-2007. Pria kelahiran 10 Februari 1952 ini meniti karier di bidang militer sejak lulus dari Akademi Militer tahun 1974.
Dalam dunia politik, adik mantan Jaksa Agung Hendarman Soepandji ini pernah mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012 silam. Namun, usahanya gagal lantaran hanya mengantongi suara tak lebih dari 2 persen.
Jenderal purnawirawan bintang dua ini mengaku akan membenahi bagian pencegahan tindak pidana korupsi jika lolos dan menjadi pimpinan KPK mendatang. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pendekatan-pendekatan yang dilakukan secara institusional melalui mekanisme koordinasi.
(sur)