Jakarta, CNN Indonesia -- Agustus tahun ini, jika saja Wiji Thukul -seorang penyair sekaligus aktivis yang hilang hingga sekarang- masih ada, ia genap berusia 52 tahun. Pada 26 Agustus 1963 silam, lelaki berperawakan kerempeng itu terlahir dari ayah yang seorang pengayuh becak bernama Kemis Harjosuwito dan ibunda Sayem.
Mengingat Thukul merupakan sebuah ikhtiar. Upaya melawan lupa soal masih adanya kewajiban dan janji negara terhadap nasib anak bangsa yang raib entah kemana.
(Baca juga: Mengilustrasikan Jejak Hidup Wiji Thukul)Wahyu Susilo, adik kandung Thukul yang kini merupakan aktivis lembaga advokasi tenaga kerja Indonesia, Migrant Care, mengenang bahwa kakaknya merupakan seorang yang baik. Lelaki yang tak tahan melihat kesewenanganan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Thukul merupakan sosok kakak yang ngemong,” ujar Wahyu seperti yang ditulisnya dalam sebuah artikel yang ia kirimkan khusus untuk CNN Indonesia dalam rangka memperingati dan mengenang hari lahir Thukul, Rabu (26/8).
(Baca juga: Kala Wiji Thukul Menjelma pada Segala Rupa)Pekan lalu ingatan Wahyu soal Thukul kembali terusik. Terutama ketika Fajar Merah anak lelaki Thukul memetik gitarnya dan bernyanyi untuk anak-anak Kampung Pulo, Jakarta Timur, dalam sebuah pentas peluncuran album musik Nyanyian Yang Dibungkam (Prison Songs). Fajar melantunkan lagu “Bunga dan Tembok” yang diawali oleh pembacaan puisi “Sajak Anak-Anak” yang dibawakan oleh adik sepupunya Meicesia Kasih Yushiva.
Dua puisi itu merupakan karya Thukul. Sajak yang lantas membuat Wahyu sedikit sesak, memulangkan kembali ingatan masa lalunya tentang sang kakak, Thukul. Seolah mengulang melewati masa-masa sulit di masa kecil, “dan tentu saja merindukannya ketika dia tak jelas rimbanya dihilangkan kekuasaan.”
Bagi Wahyu Thukul tak ubahnya sebuah mesin perekam zaman. Untaian kata dalam puisinya, selalu mencerminkan keadaan yang benar-benar terjadi pada masanya. Thukul tak pernah mengada-ada.
CNN Indonesia mencoba untuk menuliskan kembali cerita soal Thukul Thukul. Bisa jadi sudah banyak cerita yang terbaca soal penyair yang berhasil menggelorakan kalimat penyemangat, “Hanya ada satu kata: Lawan!”
(Simak Fokus: Selamat Ulang Tahun Wiji Thukul)Kumpulan tulisan ini nantinya sekadar sebuah ikhtiar agak Indonesia tak alpa. Tentang seorang penyair yang hingga kini masih dinyatakan hilang.
Dari banyak informasi menyebut hari ini adalah hari lahir Thukul. Hari ini 52 tahun lalu, sang penyair kerempeng itu lahir. Selamat ulang tahun Thukul.
(sip)