Jakarta, CNN Indonesia -- Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyoroti 33 nama calon duta besar rujukan pemerintah yang telah diserahkan kepada DPR untuk dimintai catatan rekomendasi bersifat masukan.
Deretan nama calon duta besar itu menjadi sorotan publik lantaran sebagian diantaranya pernah tergabung sebagai tim sukses pemenangan Joko Widodo di ajang Pemilihan Presiden 2014.
Masuknya sejumlah nama Relawan Jokowi itu dikhawatirkan menuai kritik yang menjurus pada anggapan adanya kepentingan di balik penunjukan. Wakil Ketua DPR Fadli Zon berharap pemerintah tidak asal menunjuk pejabat yang bakal menjadi representasi negara di luar negeri.
(Lihat Juga: PDIP Tak Masalah Dubes dari Partai Politik)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan sampai penunjukan calon Dubes ini jadi ajang politik balas budi. Kalau tidak diikuti kapasitas, jangan sampai hal ini jadi memalukan," ujar Fadli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (28/8).
Menurut Fadli, penunjukan calon Dubes seharusnya turut mempertimbangkan proporsi kelayakan. Semisal, kata Fadli, kuota pejabat lebih mengedepankan dominasi kalangan profesional karier ketimbang kalangan relawan.
(Lihat Juga: Istana Paparkan Alasan Rekrut Politisi Koalisi Jadi Dubes)
Hal senada diutarakan kolega Fadli yang juga duduk menjabat sebagai pimpinan DPR, Fahri Hamzah. Menurut Fahri, pengajuan calon Dubes seharusnya betul-betul mempertimbangkan kriteria yang berdasar pada kepentingan negara.
(Lihat Juga: Jokowi Terima Tujuh Dubes Baru Negara Sahabat)"Presiden boleh memberikan apresiasi kepada tim suksesnya. Tapi kami juga jangan mengabaikan kenyataan bahwa tugas Dubes saat ini semakin penting," kata Fahri.
Terlebih, kata Fahri, Dubes saat ini telah menyandang predikat tambahan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBPP). Dengan kata lain, peranan Dubes berkuasa penuh dalam mengelola kepentingan negara di dunia Internasional.
Para calon Dubes pilihan Jokowi itu nantinya akan menjalani uji kepatutan dan kelayakan di DPR. Namun, hingga kini pihak Komisi I DPR mengaku belum mengagendakan jadwal uji kelayakan.
"Belum diputuskan. Ini baru list nama karena sebelum
fit and proper test maka kami harus tahu profilnya," kata Wakil Ketua Komisi I DPR Hanafi Rais.
Berikut deretan calon dubes yang telah diajukan pemerintah kepada DPR
1. Hasan Bagis, S.E., M.Sc, untuk Uni Emirat Arab
2. Dra. Hj. Safira Machrusah, M.A. untuk Aljazair
3. Drs. Bambang Antarikso, M.A., untuk Irak
4. Drs. H. Husnan Bey Fananie, M.A, untuk Azerbaijan
5. Drs. Ahmad Rusdi, untuk Kerajaan Thailand
6. Drs. Yuri Octavian Thamrin, untuk Kerajaan Belgia dan merangkap Keharyapatihan Luksemburg dan Uni Eropa
7. Drs. Helmy Fauzi, untuk Republik Mesir
8. Mayjen TNI (Purn) Mochammad Luthfie Wittoeng, untuk Republik Bolivarian Venezuela
9. Mansyur Pangeran, S.H. untuk Republik Senegal
10. Drs. I Gusti Agung Wesaka Puja, M.A., untuk Kerajaan Belanda merangkap OPCW
11. Marsekal Madya TNI (Purn) Muhammad Basri Sidehab, S.IP., untuk Qatar
12. Ibnu Hadi, S.E, M.Ec, untuk Republik Sosialis Vietnam
13. Alfred Tanduk Palembangan, S.H., untuk Republik Kuba
14. Wiwiek Setyawati Firman, S.H., untuk Republik Finlandia
15. Drs. Iwan Suyudhie Amri, untuk Republik Islam Pakistan
16. Muhammad Ibnu Said, S.H., untuk Kerajaan Denmark
17. Dr. Rizal Sukma, untuk Kerajaan Inggris merangkap Republik Irlandia
18. Drs. Tito Dos Santos Baptista, untuk Republik Mozambique
19. Drs. Mohammad Wahid Supriyadi, untuk Federasi Rusia
20. Musthofa Taufik Abdul Latif, B.A., M.A., untuk Kesultanan Oman
21. Drs. R Soehardjono Sastromihardjo, M.A., untuk Republik Kenya
22. Marsekal Madya TNI (Purn) Budhy Santoso, S.E., untuk Republik Panama
23. Dian Triansyah Djani, S.E., M.A., Perutusan Tetap PBB
24. Dra. Diennaryati Tjokrisuprihatono, M.Psi., untuk Republik Ekuador
25. Drs. H. Agus Maftuh Abegebriel, M.A., untuk Kerajaan Arab Saudi
26. Amelia Achmad Yani, untuk Bosnia-Herzegovina
27. I Gede Ngurah Swajaya, S.H., M.A., untuk Republik Singapura
28. Sri Astari Rasjid, untuk Republik Bulgaria
29. R Bagas Hapsoro, S.H., M..A., untuk Kerajaan Swedia
30. Octavino Alimudin, S.H., LL.M., untuk Republik Islam Iran
31. Drs. Antonius Agus Sriyono, untuk Tahta Suci Vatican
32. Drs. Eddy Basuki, untuk Republik Namibia
(utd)