Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto menegaskan semua biaya pengobatan penyakit yang disebabkan kebakaran hutan ditanggung oleh pemerintah.
Pengobatan itu, jelas Achmad, bisa didapatkan dari pusat penanggulangan krisis dari kemenkes yang tersebar di berbagai daerah. Selama ini, pusat penanggulangan krisis di bawah kemenkes berfokus menangani penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bencana.
(Lihat Juga FOKUS Siapa di Balik Kebakaran Hutan)
Achmad menjelaskan Kemenkes punya sembilan pusat penanggulangan krisis regional dan dua penanggulangan krisis subregional. Untuk regional tersebar di Medan, Palembang, Jakarta, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, Manado, dan Denpasar.
(Baca Juga: Pascablusukan Jokowi, Satgas Kebakaran Hutan Dibentuk)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, pusat penanggulangan krisis subregional berlokasi di Padang dan Jayapura. "Kami juga telah mendistribusikan bantuan masker kepada Dinas Kesehatan Provinsi Riau sebanyak 65 ribu buah," kata Achmad saat konferensi pers di Kemenkes, Jakarta Selatan, Selasa (8/9).
Bagi penderita penyakit pernapasan yang kurang mampu, Achmad mengatakan mereka tidak perlu ragu untuk berobat ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). "Kalau parah nanti dirujuk ke rumah sakit. Semua biaya ditanggung pemerintah," ujarnya.
(Baca Juga: Penerbangan di Tiga Bandara Sumatera Terganggu Kabut Asap)
Achmad juga menegaskan masyarakat yang belum menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan namun mengidap penyakit pernapasan akibat kebakaran hutan juga akan diberikan pengobatan gratis.
"Kami punya dana siap pakai untuk bencana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan dananya tidak terbatas," kata Achmad.
Seperti diberitakan sebelumnya, enam gubernur sudah menyatakan status siaga darurat akibat asap kebakaran hutan, yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
BNPB menyatakan sejauh ini terdapat 22.555 warga di Sumatera Selatan dan 1.002 warga di Riau terkena penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Sebelumnya, Ari Fahrial Syam, dokter dari Divisi Gastroenterologi, Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan dampak langsung dari asap kebakaran hutan akan mengganggu pernafasan, menyebabkan iritasi mata serta kulit.
"Kondisi asap akan menyebabkan penurunan kadar oksigen udara luar yang akan membawa dampak buruk bagi kesehatan,"katanya kepada CNN Indonesia.
Ari menambahkan paparan asap kebakaran hutan juga menyebabkan kekurangan oksigen hingga kematian jaringan atau infark.
(utd)