Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi menduga pelaku penembakan gedung Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral menggunakan mobil. Dari hasil uji balitik Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri diduga pelaku menembak dari jembatan layang Kasablanka.
Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Suharsono mengatakan, dugaan peggunaan mobil mucul karena tak ditemukannya selongsong peluru di sekitar lokasi penembakan.
"Dengan tidak ditemukannya selongsong maka diduga dilakukan dari kendaraan tertutup, artinya bukan roda dua," kata Suharsono, Senin (14/9) di Mabes Polri, Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi memperkirakan, selongsong peluru mental setelah ditembakan karena diduga pelaku menggunakan pistol jenis FN. Ini disimpulkan dari proyektil peluru yang ditemukan. (Baca juga:
Kapolda Duga Penembak Kantor ESDM Gunakan Pistol Rakitan)
Proyektil yang ditemukan di dalam ruangan Gedung Kementerian ESDM berdiameter 9 milimeter. Peluru ukuran ini biasa dipakai senjata jenis FN. Berbobot 8 gram berwarna keemasan, anak peluru tersebut setelah membentur sasaran ukuran panjangnya menjadi 18,02 milimeter.
Soal dugaan penggunaan senjata laras pendek jenis FN, Suharsono belum bisa memastikan. Apalagi ada dugaan penembak menggunakan senjata rakitan.
SIMAK FOKUS:
ESDM Dibidik Penembak GelapSelain itu, dari hasil uji balistik, diperkirakan jarak penembak ke sasaran 35,83 meter. Jarak itu sedikit lebih dekat dibanding yang selama ini diperkirakan polisi, yakni 40 meter.
"Disimpulkan pecahnya kaca jendela adalah akibat terkena anak peluru dari luar gedung arah fly over Kasablanka," kata Suharsono.
Sejauh ini, petugas belum menemukan titik terang pelaku penembakan. Pemeriksaan CCTV belum menunjukkan hasil yang berarti. Penyidik hingga kini masih melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi. (Baca juga:
Said Didu: Penembakan Gedung ESDM Teror Serius)
Suharsono mengatakan, sudah ada enam hingga delapan orang saksi yang diperiksa. Kepolisian berharap, masyarakat dan Kementerian ESDM sendiri mau memberikan bantuan.
"Mungkin masyarakat ada yang sedang melintas, ada seseorang atau kendaraan berhenti, jika identitas diketahui bisa membantu. Keterbukaan ESDM sendiri mungkin ada kebijakan yang kontra. Jadi akan semakin mengerucut arah penyidikan teman-teman di lapangan," kata Suharsono.
(sur)