Kata Ceu Popong Soal Fenomena Wisuda Bodong

Gilang Fauzi | CNN Indonesia
Selasa, 22 Sep 2015 09:12 WIB
Politisi senior Golkar Popong Otje Djundjunan menilai ada sebab akibat dan sejarah panjang yang membuat hadirnya gelombang para pemburu ijazah instan.
Politisi senior Golkar Popong Otje Djundjunan menilai ada sebab akibat dan sejarah panjang yang membuat hadirnya gelombang para pemburu ijazah instan. (Detik/Lamhot Aritonang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Fenomena wisuda bodong tidak muncul begitu saja. Politisi senior Golkar Popong Otje Djundjunan menilai ada sebab akibat dan sejarah panjang yang membuat hadirnya gelombang para pemburu ijazah instan.

Ceu Popong mengatakan pemerintahan era reformasi telah mendorong agar pelajar bisa melanjutkan pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi. Kebijakan itu turut diiringi dengan dimudahkannya izin operasional perguruan tinggi yang kini jumlahnya mencapai ratusan.

"Masalahnya, permudahan izin itu tidak disertai kelanjutan pengawasan yang ketat sehingga tidak terkontrol, maka inilah yang terjadi," kata Ceu Popong saat ditemui di Gedung DPR, Senin (21/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anggota dewan tertua di parlemen itu menilai pemerintah dalam hal ini punya tujuan baik membuka peluang agar kesempatan masuk ke jenjang pendidikan di perguruan tinggi lebih terbuka. Tapi tak bisa dipungkiri, kondisi pemerintah tidak memungkinkan untuk bisa melakukan pengawasan secara menyeluruh.

Terlepas dari urusan pengawasan, anggota Komisi X DPR itu melihat masih ada yang salah dengan penerapan sistem pendidikan di Indonesia. Ceu Popong melihat pola pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga ke jenjang atas saat ini lebih menekankan siswa untuk bisa pintar, tapi melupakan urusan mental karakter individu.

"Karena anak itu disentuh oleh pendidikan yang terlalu menekankan kepintarannya, akhirnya menipunya juga pintar," kata Ceu Popong.

Pola pendidikan semacam itu, lanjut dia, mulai diterapkan sejak reformasi mengikis materi moral pancasila dan sejarah perjuangan bangsa. Siswa pada akhirnya tidak terlalu memahami perjuangan pendahulu yang berjuang mati-matian untuk merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan.

"Akibatnya adalah segala sesuatu itu ingin dengan mudah dicapai," kata Ceu Popong.
Ceu Popong menegaskan pada dasarnya kurang tepat jika publik saat ini melabeli praktik pemburuan gelar instan itu dengan istilah ijazah palsu. Sebab wujud dan materi dari ijazahnya itu sendiri asli; mulai dari kertas, cap, tanda tangan, hingga kop surat itu sebenarnya asli.

"Yang palsu itu ya sarjananya. Kumaha atuh, tidak kuliah tapi dapat ijazah sarjana. Mau jadi apa nantinya masa depan bangsa kita," kata Ceu Popong. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER