Jakarta, CNN Indonesia -- Elite Partai Persatuan Perjuangan, Epyardi Asda, mengatakan perpecahan di partainya sangat merugikan konstelasi politik internal partai terutama dalam menghadap Pemilihan Kepala Daerah serentak yang akan digelar Desember 2015.
Epyardi menyatakan hubungan antara Djan Faridz dengan Romahurmuziy sampai saat ini tidak harmonis dan bisa dibilang hampir tidak ada komunikasi di antara keduanya. Buntunya komunikasi tersebut berpengaruh banyak terhadap kesiapan partai menghadapi Pilkada.
Meski kepengurusan PPP Djan Faridz telah berusaha melakukan negosiasi persuasif, Epyardi mengklaim arogansi kubu Romi tidak tergoyahkan untuk sekadar menyusun strategi partai dalam mewujudkan kesepakatan bersama guna mengusung kader maju dalam ajang Pilkada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saudara Romahur ini dengan sombong dan angkuhnya mengatakan dia tidak mau kerja sama dengan kita dalam urusan Pilkada," kata Epyardi saat ditemui di Gedung Kura-Kura, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (29/9).
Meski pemerintah telah memberi jalan agar PPP mencari jalan keluar bersama untuk urusan Pilkada, kata dia, kubu Romi malah ogah mendukung kader-kader inti PPP yang diunggulkan maju.
Epyardi mengatakan Romi dalam hal ini lebih mementingkan kepentingan sesaat dengan memberikan dukungan terhadap kader-kader di luar partai.
Ketua Fraksi PPP versi kubu Djan Faridz itu mengakui perpecahan di partai berlambang Kabah sangat merugikan dan telah membuat konstituen gelisah. Terlebih, dualisme kepemimpinan di PPP pada akhirnya membuat keberadaan fraksi partai di parlemen tidak kondusif.
"Imej PPP sebagai partai Islam menjadi hancur. Ini yang paling memukul kami," ujar Epyardi.
Seandainya perpecahan itu tidak ada, kata dia, bukan tidak mungkin PPP bisa mengemban peranan penting di parlemen dengan mendapatkan jatah kursi pimpinan, entah pada saat itu mereka berdiri di Koalisi Merah putih ataupun Koalisi Indonesia Hebat.
Tapi nasi sudah menjadi bubur. Bagaimanapun, Epyardi tidak menampik pada saat ini masih ada proses hukum sengketa partai yang masih berjalan di Mahkamah Agung.
Meski kubu Romi sempat menguatakan wacana pembentukan partai baru bagi kubu yang kalah, Epyardi menegaskan pihaknya jauh dari pemikiran tersebut.
"Kami tidak punya niat jahat terhadap mereka. Seandainya kami menang, kami akan merangkul dan mengakomodir mereka. Tapi kalau mereka yang menang, kami akan lihat apa tindakan mereka. Just wait and see," ujarnya.
(meg)