Kabut Asap dan Langkanya Sinar Matahari di Pekanbaru

Anggi Kusumadewi | CNN Indonesia
Kamis, 08 Okt 2015 08:44 WIB
Oksigen yang melimpah di Bumi bak tak masuk ke Pekanbaru. Siang jam 12 seperti pukul 6 pagi. Kabut asap pekat menyelimuti kota, sulit diterobos cahaya matahari.
Kabut asap menyelimuti kota Pekanbaru, Riau. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah dua bulan lebih ibu kota Riau, Pekanbaru, dikepung kabut asap. Warga luar biasa menderita. Oksigen yang melimpah di Bumi bak menipis di wilayah mereka. Udara tercemar, bernapas pun sulit.

Rere, salah satu warga Pekanbaru, sudah beberapa hari belakangan terserang flu. Hidung Rere tergolong sensitif. Tiap kabut asap kembali pekat, dia langsung kena flu. Itu pula yang membuat dia memilih jarang keluar rumah.

“Pekan ini kabut asap di Pekanbaru pekat lagi. Minggu lalu sebetulnya sudah mendingan, penerbangan pun sudah beroperasi. Tapi pekan sekarang kembali parah,” kata Rere kepada CNN Indonesia, Kamis (8/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Rere, kabut asap di Bengkalis dan Pelalawan bahkan lebih parah lagi. Di Pekanbaru saja, sekolah-sekolah minggu ini diliburkan. Namun anak-anak yang bosan di rumah tetap saja keluar rumah untuk bermain. Sebagian mengenakan masker, lainnya tidak.
Rere bercerita, sinar matahari menjadi hal langka di kotanya. “Meski siang hari, matahari tak terlihat. Jam 12 siang seperti jam 6 pagi. Kadang pagi pekat, siang berkurang dan sinar matahari terlihat sedikit, kemudian menjelang sore kabut asap pekat lagi.”

Pekan ini, kata Rere, matahari tak pernah lama menyinari kotanya. Hanya beberapa jam sebelum kabut asap kembali turun menyelimuti. Sungguh menyedihkan.

Tiap hari baru tiba, ujar Rere, dia tak langsung membuka pintu dan jendela. “Pagi-pagi, aku mesti lihat dulu seperti apa kondisi kabut asap di luar rumah. Kalau dari balik jendela terlihat pekat, ya tak buka jendela dan pintu,” kata dia.

Masker menjadi barang yang wajib dipakai tiap keluar rumah. “Di dalam rumah saja kabut asap masih terasa, apalagi kalau keluar rumah tak pakai masker,” ujar Rere.

Kawan-kawan Rere yang tak terikat pekerjaan sudah banyak yang pergi meninggalkan Pekanbaru. “Teman-teman mengungsi, bilang pergi berlibur dan sampai sekarang belum kembali. Cuma, para pegawai tak bisa begitu karena mereka harus bekerja,” kata Rere.

Rere pun sesungguhnya ingin sekali meninggalkan Pekanbaru. Namun karena masih punya urusan, dia tak bisa begitu saja pergi.

Bencana kabut asap yang kian meresahkan ini membuat Presiden Jokowi kemarin menggelar rapat terbatas secara mendadak. Pemerintah RI pun mengisyaratkan bakal menerima bantuan asing untuk mengatasi bencana kabut asap yang meyebar hingga ke negara-negara tetangga itu.
Jokowi hari ini bertolak ke Jambi untuk meninjau langsung kabut asap di sana. Setelah Jambi, ia direncanakan menyambangi Padang di Sumatra Barat, dan Pekanbaru di Riau.

Sementara Kementerian Kesehatan mengatakan telah mengirimkan 27.595 ton bantuan kesehatan seperti obat-obatan, masker, dan tabung oksigen untuk mengantisipasi bertambahnya jumlah warga yang menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER